Caption: Alat sedang bekerja, sumber ; kiriman dari video penulis
Dari hitungan melalui sebuah aplikasi aveza map, luas Pulau Rupat yang terletak di Wilayah Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau adalah ±147.897,96 Ha, Dan kurang lebih dari luas itu adalah berstruktur gambut yaitu ± 74.321,49 Ha. Sisa dari luasan gambut adalah berstruktur tanah keras lempung berpasir dan tanah liat.
Yang ingin dibahas disini adalah menyangkut tentang lahan gambut, Sebab dilahan gambut sangat rentan Terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) apabila ketinggian permukaan air tanah tidak wajar seperti bisa kering kerontang pada musim kemarau ,atau meluapnya air sungai apabila permukaan air tanah tinggi pada musim hujan.
Terganggunya struktur lahan gambut di Rupat, diyakini atas andil dari PT SRL, yang mana pernah membuat belasan kanal pembuangan air di areal perkebunannya dan pernah ditutup atas permintaan masyarakat pada tahun 2023 lalu, namun sekarang kanal – kanal tersebut salah satunya terbuka kembali akibat terjangan air yang sangat kuat tepatnya di Kampung Sidomulyo Kelurahan Batu Panjang Kecamatan Rupat.
Atas dinormalisasikannya Kanal pembuangan air itu kembali berdampak pada dapat mengakibatkan tingginya permukaan air tanah menjadi tidak stabil, hingga menimbulkan kering kerontang saat musim panas dan over daya tampung sungai alam saat musim hujan.
Ditambah banyaknya pembuangan air ke Laut melalui pembuangan buatan PT SRL dan melalui sungai alam yang dimodifikasi atau dilebarkan dan didalamkan paksa belum lagi ditambah pembuangan melalui lintas kanal kedalaman 4-5 meter sepanjang ±18 Km yang memotong parit – parit kecil swadaya di kebun dari kampung Kelurahan Pergam menuju kelurahan Batu Panjang sehingga muka air sangat cepat susut di tambah rentang cuaca panas, pemanasan global membuat aura 2-3 meter di atas permukaan tanah seperti beruap transparan, tentunya hal ini akan sangat rawan terhadap api.
Peran Serta Masyarakat
Dalam kajian diatas sangat diperlukan peran aktif masyarakat menjaga dan menggunakan areal lahan gambut dengan sigap dan tanggap dan tentunya juga menjaga muka air tanah mengingat luasnya dataran gambut dengan kedalaman salah satunya titik yang pernah diukur adalah 7 meter.
Dampaknya coba kita kroscek kembali riwayat kebakaran hutan di pulau Rupat ( sumber berita publik) dan kering kerontang ekosistem rawa tasik Raya pulau Rupat ( keterangan salah satu tokoh aktivis dan tokoh KKSSI, masyarakat tempatan), banjir yang merugikan pertanian dan perkuburan dan rusaknya ekosistem sungai.
Solusi Untuk Menyelamatkan Pulau Rupat
Untuk menyikapi permasalahan ini kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia ( KLHK RI ) diharap perlu meninjau kembali perizinan perusahaan yang sudah merubah fungsi alam gambut dan mangrove secara berlebihan. Merubah ekosistem yang seharusnya dilindungi menjadi produksi yang membuat ketidak seimbangan ekosistem daratan maupun pesisir Pulau Rupat.
Juga berharap atensinya kepada ahli lingkungan hidup Dr Elviriadi MSi kepada wahana lingkungan hidup provinsi Riau, (WALHI).
Penulis:
Salikhin, adalah Forum Masyarakat Peduli Gambut Pulau Rupat