Example floating
Example floating
Example 728x250
Artikel

GENERASI Z, KERISAUAN ORANGTUA DAN PENDIDIKAN KARAKTER Oleh : M. Sangap Siregar, MA Dosen Univ. Hang Tuah Pekanbaru

62
×

GENERASI Z, KERISAUAN ORANGTUA DAN PENDIDIKAN KARAKTER Oleh : M. Sangap Siregar, MA Dosen Univ. Hang Tuah Pekanbaru

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Babakan sejarah perkembangan IT telah melahirkan struktur populasi generasi manusia dalam masyarakat dunia hari ini, diantaranya ada yang namanya generasi :

Post generasi Z, yaitu generasi yang lahir pada tahun 2013 dst…bermakna usia 10 tahun sekarang sekitar kelas 3 SD).

Geser ke Bawah Untuk Lanjut Membaca
Example 300x600

Yang kedua generasi Z yaitu generasi yang lahir pada tahun 1997 – 2012, mereka sekarang berusia 11 – 26 tahun ( sekitar kelas 4,5 & 6 SD hingga kuliah tingkat akhir).

Yang ketiga adalah generasi Milenial yaitu generasi yang lahir tahun 1981 – 1996 (saat ini berusia 27 – 42 tahun (usia tamat kuliah dan sedang bekerja).

Yang keempat generasi X, generasi yang lahir tahun 1965 – 1980 (sekarang usia 43 – 58 dimana sedang bekerja dan hampir pensiun ).

Yang kelima generasi Baby Boomer yaitu generasi yang lahir 1946 – 1964 (berusia 59 – 77 , dimana persiapan pensiun dan lansia).

Yang keenam generasi Pre-Boomer yaitu generasi yang lahir sebelum 1945 yang usianya saat ini 78 tahun keatas ; usia lansia- purna bakti.

Babakan generasi ini telah melahirkan berbagai karakter psikologis yang berbeda sesuai perkembangan zamannya. Seperti generasi baby boomer telah dipersepsi sebagai generasi kolonial yang berkarakter kuat memegang prinsip adat istiadat sehingga dikenal konservatif dalam semua pekerjaan dan kompetensinya.

Namun yang kita bahas dalam tulisan ini adalah berkaitan generasi Z dan post generasi Z yang hari ini telah menjadi kerisauan banyak orangtua dalam hal pemakaian getget, hp android dan lain sebagainya, karena ketagihan yang amat sangat yang disebut getget holic.

Banyak para orangtua mengeluhkan bahwa anak-anak mereka sepulang sekolah asyik main hp, saat liburan apalagi, pokoknya ada waktu dan kesempatan akan terus menyambar hp asal ada paket akan main terus hingga lupa waktu, tak perduli pagi atau sore, bahkan hingga larut malam.

Inilah kerisauan para orangtua yang sering curhat pada penulis.

Karakteristik generasi Z dan post generasi Z ;

Mereka adalah generasi yang terbiasa dengan teknologi, melek teknologi, cenderung mudah menguasai teknologi produk baru, mereka mudah beradaptasi ketimbang generasi sebelumnya, mereka lebih aktif komunikasi via dunia maya, mereka lebih cenderung senang gunakan medsos, kelemahan mereka dari segi kepribadian cenderung individualis atau egosentris, tidak fokus terhadap satu hal, kurang menghargai proses, lebih tertarik pada yang instan, emosi cendrung labil, terlalu bergantung pada teknologi sehingga kesulitan ketika berhadapan dengan hal-hal yang konvensional.

Maka, beberapa upaya untuk meminimalisir kelemahan-kelemahan mereka ; peran orangtua perlu hadir mengawasi agar kegiatan medsos tidak terlalu berlebihan, tetap jaga ritme untuk berkomunikasi dengan orang lain secara langsung agar tidak menjadi fobia sosial, dll.

Sedangkan keunggulan mereka mampu melakukan multi tasking alias melakukan berbagai kegiatan dalam satu waktu, seperti sedang menggunakan komputer main medsos, mendengar musik sambil makan. Hal ini karena generasi Z dan post gen Z sudah menjumpai teknologi sejak lahir sehingga dapat mengaplikasikan teknologi dengan mudah dan maksimal.

Kerisauan Orangtua ;

Hingga baru-baru ini kita dikejutkan oleh satu postingan video tiktok berbahasa inggris yang mengisahkan kepiluan seorang ibu, bagaimana sedih hatinya menyaksikan keadaan seisi rumahnya porak-poranda diuber dan diacak-acak oleh anaknya yang baru berumur 12 tahun oleh karena marah ketika sang ibu mengambil atau meminta hp yang sedang dimainkannya.

Barangkali sang ibu merasa sudah saatnya harus menghentikan anaknya yang sudah terlalu lama main hp. Namun apa yang terjadi saat sang ibu pulang kerumah ia menyaksikan seisi rumah berkecai, hancur lebur mulai dari layar tv tumbang berantakan, perangkat laptop pecah terpelanting, meja dan kursi makan berserak, closet wc pecah dan patah, hingga kain-kain seisi lemari berhamburan, berserakan seisi rumah.

Sebuah pemandangan yang amat memeranjatkan sekaligus memilukan. Gambaran luapan emosi kemarahan yang tidak terkendali, sikap brutal dan vandalism yang amat melampaui, tanpa perhitungan dan pertimbangan logis, tak mengenal untung rugi, sebuah tindakan yang membabi buta.

Pertanyaannya kenapa sampai demikian? Padahal anak tersebut masih usia muda belia, sekira kelas 6 SD.

Analisis psikologi pendidikan dan perkembangan, yang biasa kita dengar dan baca, bahwa efek negatif penggunaan getget yang banyak dikalangan anak-anak, menyebabkan pribadi anak tertutup, karena selalu terpukau dengan keasyikan main getget, akhirnya suka menyendiri, pudarnya kreativitas, hingga membentuk tempramen emosional jiwa tak terkendali, bringas, suka meledak-ledak, cepat marah, memuncak seketika dll.

Kenapa? Karena jiwa dan kepribadian anak yang masih labil dan masih kosong dari pertimbangan ilmu, pengetahuan dan kesabaran.

Belum sempat memiliki dasar ilmu pengetahuan yang cukup untuk memahami dan menganalisa setiap perkara yang ditontonnya baik dari segi pertimbangan etika, moral, maupun akhlak. Sehingga ia cendrung mudah tersirap dan terbakar jiwanya, syaraf kortek otaknya langsung terpana dengan keasyikan apa yang ditontonnya, baik itu film horor yang mendebarkan, film peri yang menggelikan, cerita dongeng yang menyedihkan maupun sinetron yang menggairahkan, semua itu menjadikan simpul-simpul syaraf memori otak dan relung batinnya menjadi terkesiap, tersirap dan tercegat bagai dipaksa matang sebelum waktunya.

Ihwal fenomena psikhis yang sedemikian inilah kiranya yang menyebabkan anak-anak generasi Z dan post gen Z mengalami gangguan perkembangan jiwa emosional kepribadian bila tidak segera diatasi dan dipulihkan melalui pendidikan karakter.

Pendidikan Karakter ;

Pendidikan karakter menurut Prof. Dr. H. Mulyasa, M. Pd. Merupakan upaya membantu perkembangan jiwa anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodrati menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik. Hal mana, pendidikan karakter menurut beliau memiliki makna yang lebih tinggi dari pendidikan moral, pendidikan karakter tidak hanya berhenti dengan masalah benar salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan baik dalam kehidupan, sehingga anak memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi serta kepedulian dan komitmen untuk menempatkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.

Membaca dan memahami bentuk gejala gangguan yang timbul apabila mereka terhalang, terputus atau tertahan main getget bisa menjelma seketika dalam bentuk marah yang meluap seperti orang sakau putus zat dalam istilah narkoba.

Pertumbuhan kecerdasan emosional terganggu tak dapat daya tindak emosional yang stabil, bak orang yang tertahan libido keasyikan, hingga hilang kendali diri, begitu sekali dampak negatifnya.

Bagaimana cara mengatasinya?

Jawabnya hendaklah kita melakukan pendekatan arif bijaksana, merangkul mereka dengan kasih sayang, kita bawa mereka pada penyelesaian tugas perkembangan utama mereka saat ini yaitu BELAJAR.

Anak usia 10 – 12 tahun itu tugas perkembangan mereka adalah belajar, tentang ilmu-ilmu dasar kehidupan. Mulai dari muatan dasar agama, iman tauhid, fiqih ibadah harian 24 jam, hingga pengenalan huruf ijaiyah, perhitungan angka perkalian dan persamaan matematik, hingga kemampuan bahasa, penanaman akhlak moral, etika budi pekerti, sampai pada upaya pengembangan bakat alami.

Membawa mereka pada keasyikan pengembangan bakat semulajadi satu perhatian penting yang mesti digali, kalau kita bisa menemukan itu lebih dini, satu hal yang sangat menawan mereka, sekaligus menjadi penawar positif bagi mengelak dari kecanduan getget tersebut.

Soal getget, hp android atau apapun namanya dari segi pengenalan kemajuan iptek sebuah keniscayaan tetap kita berikan tidak boleh tidak, karena memang itu DNA zaman mereka dilahirkan. Tetapi pembiaran yang terlalu berlebihan sehingga menjadi kecanduan yang tak terkendali menjadi sebuah masalah.

Jadi yang benar, berikan porsi waktu sekedar mencari tau bidang-bidang pengembangan bakat dan hal-hal yang perlu bagi melengkapi tugas-tugas pembelajaran keilmuan mereka dengan tetap dalam pengawasan terkendali, jangan sampai mereka menyendiri, berondok seorang-seorang hingga lupa diri dari menyelesaikan tugas-tugas utama, jadi tetaplah dalam perhatian membersamai mereka saat menonton agar tetap dapat memberi pertimbangan, penjelasan dan komen bimbingan nasehat sewajarnya atas apapun konten yang mereka tonton insyaAlloh. Semoga membantu. Wassalam.

 

Diterbitkan Kompas 1 Net

Minggu 21 Januari 2023

Example 300250
Example 120x600