Pekanbaru, Kompas 1 Net- Adanya pernyataan dari sejumlah daerah di Riau yang menuntut keadilan agraria direspon pakar lingkungan hidup Dr.Elviriadi.
“Hari hari ini hati kita miris bak diiris sembilu. Di Okura Rakyat menjerit minta hak atas tanah kampung halaman. HGU akan dikasi hampir 2 abad (190 tahun), bagaimana kehidupan anak cucu? “ucap putra Meranti yang berpenampilan plontos kepada media ini Selasa (22/8/23).
Pengurus PP Muhammadiyah itu meminta pemimpin bersikap tegas dan bernyali.
“Di Kabupaten Meranti desa Tanjung Kedabu masyarakat juga sudah murka. Di Rupat juga Salihin, Zaini dan Forum Masyarakat Peduli Gambut Rupat bilang ke saya siap bersabung nyawa. Ada apa ini? Kemana pejabat daerah? Saya hanya bisa menghimbau, mari sejukkan suasana batin rakyat dengan keadilanmu, tumbuhkan nyalimu, wahai pejabat daerah Riau, ” imbuhnya.
Akademisi yang kerap jadi ahli di Pengadilan itu berjanji akan meredam gejolak masyarakat.
“Saya akan redam agar putik kepedihan rakyat Riau tak mekar jadi amuk dan aruk. Akan saya jumpai kepala daerah dan aparat hukum. Cukuplah dulu Meranti aksi jahit mulut, mogok makan, dan menduduki kantor Bupati Meranti bermalam malam. Kasian anak anak dan ibu ibu kedinginan di tenda, “ungkap putra Meranti dengan nada pilu.
Accch payah. Jabatan takkan berarti bila tak digunakan bela kaum lemah. Janganlah kemilau korporasi yang membuat pejabat mengelak dari aduan fakir miskin terlunta. Lelamo temakol sungai apit meloncat ke pangkuan pejabat seraya bersyair :
Pasang lukah tepi parit
Mancing buntal yang dapat sembilang
Nasib rakyat sudahlah perit
Pemimpin ngeles cukong girang
Kepunan telouw temakol giraaanglaaa, ” pungkas peneliti gambut yang rela 3 tahun gundul licin demi hutan Okura.***
