Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan Sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat.
Jakarta | Kompas 1 Net- Harga komoditas minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) Malaysia naik di sesi pembukaan perdagangan Jumat (10/6/2022), setelah harga CPO drop 4% kemarin. Apa pemicunya?
Mengacu pada Refinitiv, pukul 08:30 WIB harga CPO di banderol di level MYR 6.256/ton atau naik 0,74%.
Namun, harga CPO masih anjlok 3,05% secara mingguan dan 3,4% secara bulanan.
Teknisnya, Wang Tao, analis Reuters memproyeksikan harga CPO hari ini dapat naik menuju posisi MYR 6.423/ton karena telah berada di sekitar titik support di MYR 6.138/ton dan telah naik di atas titik resistance di MYR 6.233/ton.
Minyak sawit berjangka Malaysia ditutup anjlok 4% pada Kamis (9/6) setelah produsen utama Indonesia memulai skema untuk mempercepat ekspor CPO dan China sebagai pembeli utama telah memberlakukan kembali lockdown di Shanghai.
Kontrak acuan minyak sawit di Bursa Malaysia Derivatives Exchange berakhir di MYR 6.210/ton (US$1.413,48/ton) turun hingga 257 ringgit dan menjadi penurunan secara harian terbesar sejak lima pekan.
Menurut Kepala Penelitian Pialang Sunvin Group Anilkumar Bagani bahwa harga CPO tertekan oleh meredanya kekhawatiran atas prospek ekspor CPO Indonesia.
Kemarin, Kementerian Perdagangan telah mempublikasikan kebijakan untuk mempercepat skema ekspor yang ditujukan untuk pengiriman setidaknya 1 juta ton minyak sawit mentah dan beberapa turunannya. Peraturan tersebut telah ditandatangi pada Selasa (7/6) dan berlaku hingga 31 Juni 2022.
Tidak hanya itu, pemerintah Indonesia juga menurunkan tarif gabungan maksimum pajak ekspor dan retribusi menjadi US$488/ton dari US$575/ton.
Sisi lainnya, pemerintah China kembali menerapkan lockdown di Shanghai. China merupakan negara importir kedua terbesar CPO Indonesia. Penguncian di Shanghai, tentunya dapat menekan permintaan CPO dari Negara Tirai Bambu tersebut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS), CPO Indonesia menjadi salah satu komoditas favorit China yang dibeli di Indonesia dengan nilai ekspor senilai US$4,11 miliar di 2021. Jumlah tersebut melesat 114,62% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Penguncian di China, tentunya akan berdampak buruk terhadap Indonesia karena permintaan akan CPO menjadi berkurang dan berpotensi menggerus penerimaan devisa dalam negeri.
Sumber : TIM RISET CNBC INDONESIA