Oleh : ZURFAMI
Sebenarnya baik lagilah kalau bisa sifat suka meminta dan memberi maaf itu pada setiap waktu saling bertemu, namun sudah terbiasa karena mungkin berasa lebih afdhol pada saat menghadapi datangnya bulan Suci Ramadhan, bulan Syawal dan atau Hari Raya Haji di Bulan Dzulhijjah. Dan sebagainya. Tidak itulah yang kita maksud ingin dipersoalkan dalam tulisan ini.
Adapun yang ingin saya buat pendapat adalah pada tentang sekira hakikat baiknya meminta dan memberi maaf bagi diri masing masing yang melakukannya.
Yang meminta maaf dalam hal ini dapat bagian karena timbul gerak pengakuan yang sejatinya adalah memiliki salah dan mengakui kesalahannya. Dan yang memberi maaf adalah timbul gerak yang mengakui juga bahwa dia tidak terlepas dari salah dan adanya rasa kasih dan sayang yang dimiliki.
Hal lainnya atas itu, tidaklah boleh ada orang yang tidak memberi maaf kepada yang meminta maaf, jikalau ianya meminta maaf.
Sesama mustahil tidak punya salah.
Sesama mustahil tidak punya salah atas orang yang bertemu dan bergaul dalam kehidupannya sehari-hari. Hingga pada kesimpulannya orang yang meminta maaf dan orang yang memberi maaf, sama sama berkeinginan dan berikhtiar dalam kesempatan untuk menggugurkan dosa diri sendiri. Sungguh merugi mengingkarinya dan inilah yang saya maksud dalam judul diatas bahwa “Baiknya meminta dan memberi maaf, hakikatnya sama sama menggugur dosa diri sendiri” Wallahu alam.