Pekanbaru, Kompas 1 net –Jembatan Sungai Rokan yang terletak di ruas Jalan Tandun- Pasirpengaraian, Kecamatan Ujung Batu, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) kini mengalami kemiringan yang signifikan.
Sejak Sabtu (23/11/2024) malam, jembatan yang dibangun pada tahun 1985 ini telah miring hingga 86 centimeter akibat derasnya arus Sungai Rokan, dan kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran akan potensi roboh sewaktu-waktu.
Menyikapi hal tersebut, Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan (PUPRPKPP) Provinsi Riau telah mengirimkan surat kepada Dinas Perhubungan Provinsi Riau untuk menutup Jembatan Sei Rokan Kiri dan mengalihkan arus lalu lintas. Keputusan ini diambil untuk mengantisipasi risiko kecelakaan yang bisa terjadi akibat kondisi jembatan yang semakin memburuk.
Namun, penutupan Jembatan Sei Rokan Kiri bukanlah keputusan mudah. Pasalnya, jembatan ini adalah urat nadi perekonomian masyarakat Rokan Hulu, dan penutupan total jembatan akan berpotensi menyebabkan lonjakan harga kebutuhan pokok.
Menyikapi hal ini, Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu bergerak cepat dengan menyiapkan jalur alternatif bagi kendaraan yang biasa melintas di Jembatan Sei Rokan Kiri.
Plt Kepala Dinas PUPR Rohul, Zulfikri ST, mengatakan bahwa hari ini tim gabungan dari BPBD Provinsi Riau, Dinas Perhubungan Provinsi Riau, BPBD Rohul, Polres Rohul, dan instansi terkait lainnya telah melakukan rapat untuk merumuskan jalur alternatif yang akan digunakan jika jembatan tersebut ditutup total.
Dua jalur alternatif utama disiapkan untuk kendaraan roda dua dan empat. Jalur pertama melalui Simpang Siabu, ruas jalan Provinsi Ujung Batu-Rokan, kemudian melintasi Jembatan Gantung yang menghubungkan Desa Lubuk Bendahara dengan Lubuk Bendahara Timur.
Jalur ini mengarah ke Desa Lubuk Betung, Kecamatan Rokan IV Koto, yang dapat menghubungkan ke Desa Pematang Tebih, Kecamatan Ujung Batu, dengan keluar di Simpang Indomaret.
Menyikapi peristiwa tersebut, Pakar Lingkungan Hidup Dr Elviriadi memandangnya wajar dan tidak heran
“Itu miring karena dah patah. Ada pohon tumbang. Pohon tumbang karena erosi. Erosi akibat hutan digunduli. Macam kepala saya ini, tetap saya gunduli selagi hutan Riau digunduli orang, ” ucapnya pada media ini Selasa (26/11/24).
“Melihat Kondisi Hutan tersisa yang terus digunduli siang malam, tak ada tindakan dari aparat hukum, maka Riau ini daerah akan Banjir lebih besar. Jembatan jembatan miring dan patah. Tengok lah nanti, ” imbuh alumni UKM Malaysia
Kepala Departemen Restorasi Gambut Mangrove KAHMI Nasional itu mengatakan belum ada kebijakan pemerintah yang signifikan.
“Memang nampaknya untuk masalah hutan, masalah alih fungsi jadi sawit, masalah erosi, banjir, tak ada agenda yang substansial. Seremonial aja, malah senang kalau jambatan macam Ujung Batu ini patah, dapat proyek baru. Proyek pun dapat disunat dan ditilap. Kalau banjir , dana segar cair, disitu situ aja mainnya, ” ungkap Putra Meranti.
“Aaaaaacch.. Tak ada yang peduli soal erosi kelapa condong pohon tumbang. Itu tak masuk hitungan. Yang masuk hitungan cukong setor tanam sawit Illegal erosi longsor ke rekening. Lelamo temakol Sungai Apit meloncat ke pangkuan cukong Kayu tumbang. Kepunan telouw temakol jambat condong Ujung Batuuuulaaaah, “pungkas peneliti kayu condong yang ikhlas 7 tahun gundul pacul demi hutan Rohul.***
Editor: redaksi Kompas 1 net