Nia Daniaty yang sering bawa lagu cengeng sekalipun, kalau dia mendengarkan aku menyanyi, pasti akan meneteskan air mata, begitulah feel yang kudapatkan dalam bernyanyi.
Malam semakin larut dan di selingi hujan deras serta petir menggelegar, akhirnya aku tertidur pulas sambil memeluk gitar akustik tua kesayanganku itu.
Tanpa kusadari karena terlelap tidur, karena begadang aku terbangun jam 7 pagi, secepatnya aku cuci muka, berkumur dan langsung wudhu untuk shalat subuh, walaupun waktu subuh sudah habis, mau bagaimana lagi, walaupun dalam pengajian Ustadz yang sangat termasyhur di negeri ini pernah menyindir, shalat subuh di kerjakan pada waktu Dhuha, ….yaaah…sudahlah…
Setelah selesai shalat Shubuh jam 7 pagi, aku mulai beres-beres pekerjaan di rumah seperti layaknya seorang Ibu Rumah Tangga, padahal sebenarnya aku calon Bapak Rumah Tangga yang gak jadi, karena Cintaku dengan Sari, Kandas di rerumputan bak senandung lagu Ebiet G. Ade.
Selesai beres beres aku mulai masak air panas untuk membuat secangkir kopi. Belum selesai masak air, tiba tiba terdengar suara motor, motor itu menuju rumahku yang letaknya agak di atas bukit, yaaachhh…salah satu temanku datang, aku tau cukup dengan mengintip dari jendela rumahku saja. Dikampung kami kalau hari hujan biasanya mereka tidak pergi bekerja, makanya pagi pagi dia mampir ke rumahku.
Sesampainya dirumah kami ngopi bareng di sertai dengan masak Indomie Spesial untuk sarapan pagi. Sambil makan dan ngopi kami duduk d bawah pohon nangka yang ada depan rumah, kami masih membicarakan peristiwa tadi malam yang begitu mengguncang hati.
Setelah selesai sarapan dan ngopi, dari hasil diskusi, kami berencana pergi ke Desa tempat tinggal Sari, dan saya pun mulai mandi dan berpakaian, setelah rumah tertutup dan terkunci semua kamipun berangkat.
Perjalanan ke Desa Sari lebih kurang 25 menit karena jalan sangat jelek akibat hujan deras tadi malam.
Sesampainya di kampung tersebut, menjelang jarak 20 meter dari rumah Sari kami menghentikan motor, kami berdua sangat tercengang melihat rumah Sari tertutup rapat, rumahnya begitu sepi, tak kami lihat sepasang sandal pun tidak ada di rumahnya .
Biasanya saya kalau lewat depan rumah Sari selalu melihat sandal di terasnya, begitu banyak, ada sandal Sari, adik, kakak, serta kedua orang tuanya, kamipun saling bertanya, kemana Sari dan keluarganya sekarang ?
Tak terasa batinku kian……………
Bersambung.
Writed By Sayfrul: Tulisan ini kado terindah untuk teman teman seperjuangan di SMA Sedinginan