Example floating
Example floating
Opini

Floating Farm: Harapan Baru Ketahanan Pangan Riau di Tengah Krisis Lahan Pertanian Opini : Febriansyah, S. Pi | Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Riau

83
×

Floating Farm: Harapan Baru Ketahanan Pangan Riau di Tengah Krisis Lahan Pertanian Opini : Febriansyah, S. Pi | Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Riau

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Krisis Lahan Pertanian dan Pangan di Riau

Provinsi Riau saat ini menghadapi tantangan besar dalam menjaga ketahanan pangan. Luas lahan pertanian yang subur terus berkurang akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit, pembangunan kawasan industri, serta konversi lahan menjadi permukiman. Areal sawah dan ladang yang dulunya menjadi sumber pangan bagi penduduk kini banyak yang beralih fungsi. Dampaknya, Riau sangat bergantung pada pasokan pangan dari luar daerah seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Saat harga pangan melambung atau jalur distribusi terganggu, masyarakat Riau merasakan konsekuensinya secara langsung.

Di samping itu, tekanan dari lingkungan semakin memperburuk kondisi ini. Curah hujan yang ekstrem, banjir musiman, dan intrusi air laut di daerah pesisir seperti Indragiri Hilir dan Kepulauan Meranti menyebabkan lahan semakin terdegradasi. Dalam situasi ini, metode pertanian tradisional tidak lagi memadai. Riau membutuhkan inovasi yang bisa beradaptasi dengan keterbatasan lahan darat dan keadaan ekologis yang ada.

Keberhasilan Floating Farm Bangladesh dan Tiongkok

Bangladesh telah menjadi pelopor dalam pertanian terapung yang dikenal secara global. Dengan memanfaatkan rakit dari eceng gondok dan jerami, masyarakat menanam sayuran dan padi di atas air selama musim banjir. Saat ini, metode ini telah menjadi bagian dari strategi nasional untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dan menjaga ketahanan pangan bagi jutaan penduduknya.

Di sisi lain, Tiongkok telah mengembangkan pertanian terapung modern dengan menggunakan teknologi tinggi yang mengintegrasikan sistem akuaponik, hidroponik, dan tenaga surya. Model ini telah berhasil diterapkan di daerah pesisir dan delta sungai besar. Produksinya konsisten, ramah lingkungan, serta efisien dalam penggunaan air dan lahan. Kedua negara ini menunjukkan bahwa pertanian terapung bukan hanya ide, melainkan solusi strategis untuk menghadapi krisis pangan di tingkat global.

Potensi Besar Floating Farm di Riau

Riau sebenarnya memiliki potensi geografis yang sangat mendukung untuk implementasi floating farm. Jaringan sungai besar seperti Siak, Kampar, Indragiri, dan Rokan, serta waduk besar seperti PLTA Koto Panjang, menyediakan lokasi sempurna untuk sistem pertanian terapung. Selain itu, area rawa dan perairan pesisir di Bengkalis, Indragiri Hilir, dan Kepulauan Meranti memiliki kondisi ekosistem yang ideal untuk pengembangan pertanian berbasis air.

Model floating farm di Riau dapat dirancang sebagai sistem yang terintegrasi: hidroponik terapung untuk sayuran yang cepat dipanen, akuaponik untuk kombinasi ikan dan sayuran, serta padi yang dapat tumbuh di area yang lebih dangkal. Bahan-bahan lokal seperti bambu, rotan, dan eceng gondok dapat dimanfaatkan untuk membuat rakit yang murah serta ramah lingkungan. Penggunaan energi surya akan membuat sistem ini hemat energi dan berkelanjutan. Bahkan, lokasi seperti waduk PLTA Koto Panjang dapat dijadikan contoh kolaborasi antara energi dan pangan: listrik dihasilkan dari air, sementara di atasnya bisa ditanam sayuran, ikan, dan padi.

Tantangan dan Peran Kebijakan Pemerintah Riau

Implementasi floating farm sudah pasti akan menghadapi berbagai kendala, mulai dari aspek teknis, sosial, hingga kebijakan. Arus sungai yang deras, sedimentasi, serta perubahan tinggi permukaan air perlu ditangani dengan desain rakit dan sistem penanaman yang adaptif. Di aspek sosial, masyarakat pesisir harus dilatih agar bisa mengelola teknologi pertanian berbasis air dengan baik.

Di sini, peranan Pemerintah Provinsi Riau sangatlah penting. Dukungan dari kebijakan daerah sangat diperlukan dalam berbagai bentuk, seperti regulasi, dukungan finansial, dan kolaborasi penelitian. Pemerintah dapat mengintegrasikan floating farm sebagai program prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) di bidang ketahanan pangan dan lingkungan. Dinas Pertanian, Dinas Kelautan dan Perikanan, dan Dinas Lingkungan Hidup dapat bersinergi dengan universitas serta lembaga penelitian untuk melakukan studi teknis, memberikan pelatihan, dan mengembangkan teknologi lokal. Selanjutnya, pemerintah sebaiknya memberikan insentif kepada masyarakat atau koperasi yang menginisiasi pertanian terapung, serta memastikan penggunaan badan air dilakukan dengan cara yang terencana dan berkelanjutan. Tanpa adanya dukungan kebijakan yang kokoh, inovasi ini akan kesulitan untuk berkembang di lapangan.

Menuju Kemandirian Pangan Riau

Floating farm tidak hanya merupakan inovasi teknologi, tetapi juga merupakan strategi untuk mencapai kemandirian pangan daerah dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Dengan adanya kebijakan yang mendukung, kerjasama antar sektor, dan pemberdayaan masyarakat, di tengah tantangan perubahan iklim dan berkurangnya lahan pertanian, pertanian terapung menawarkan harapan baru. Ini bukan hanya sekedar simbol inovasi, melainkan juga mencerminkan kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan alam tanpa merusaknya. Jika dilaksanakan dengan visi jangka panjang, floating farm akan menjadikan Riau mandiri dalam hal pangan, namun kebijakan ini memerlukan kerjasama dan dukungan dari semua pihak.

Example 300250
Example 120x600