Jakarta | Kompas 1 Net – Tahun 2022 ini, Indonesia dan Bangladesh mencatatkan kenangan 50 tahun hubungan diplomatik kedua negara. Untuk merayakan momentum spesial tersebut, telah diselenggarakan forum diskusi yang melibatkan para pejabat perwakilan dari kedua negara, pada Selasa, 21 Juni 2022.
Berdasarkan pantauan di tempat acara, yang dihadiri Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia, Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia, Wakil Marsekal Udara Mohammad Mostafizur Rahman beserta istri dan Direktur Jenderal Asia-Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI, Abdul Kadir Jailani, dapat dilihat beberapa kemajuan yang patut dicatat masyarakat dari kedua bangsa ini.
Salah satunya adalah bahwa Indonesia memiliki perdagangan yang amat signifikan, yakni mencapai USD 3,03 miliar dengan Bangladesh, pada tahun anggaran berjalan. Angka itu jauh lebih besar dari volume perdagangan Indonesia dengan Inggris, Rusia dan Prancis.
Bangladesh, sebuah negara di Asia Selatan, yang baru berdiri pada tanggal 26 Maret 1971 ketika mendeklarasikan kemerdekaannya dari Pakistan. Indonesia adalah salah satu dari sedikit negara mayoritas Muslim pertama di dunia yang mengakui Bangladesh sebagai negara baru yang merdeka dan berdaulat pada tanggal 25 Februari 1972.
Sejak itu, hubungan antara Bangladesh dengan Indonesia telah berkembang pesat. Tahun ini, kedua negara merayakan Yobel Emas (Golden Jubilee alias 50 tahun – red) atas terjalinnya hubungan diplomatik di antara mereka.
“Kedua negara kita lebih dari sekadar tetangga. Bangladesh adalah teman dan mitra penting bagi Indonesia di Asia Selatan. Lima puluh tahun adalah usia yang matang, dan saya senang melihat hubungan kita yang terus berlanjut menjadi kerja sama nyata yang bermanfaat bagi rakyat kita,” kata Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi, dalam pesan video pada perayaan 50 tahun hubungan diplomatik antara Bangladesh dengan Indonesia di Jakarta pada 21 Juni 2022 lalu.
Senada dengan itu, Menteri Luar Negeri Bangladesh, Abul Kalam Abdul Momen, memuji komitmen kedua negara terhadap perdamaian dan pembangunan sosial ekonomi. “Sejak (1972), Bangladesh dan Indonesia telah memelihara hubungan bilateral yang sangat baik berdasarkan persahabatan, saling menghormati dan pengertian serta kesamaan nilai, budaya, tradisi, agama dan etos yang luas. Kedua negara kita memiliki komitmen yang sama untuk memelihara perdamaian, keamanan dan pembangunan sosial ekonomi, baik secara regional maupun global,” kata Momen dalam pesan video.
Kedutaan Besar Bangladesh di Indonesia mengadakan resepsi di Hotel Borobudur pada tanggal 21 Juni di Jakarta untuk merayakan Yobel Emas jalinan hubungan diplomatik antara kedua negara. “Dalam 50 tahun, hubungan semakin kuat dan intensif di bidang perdagangan, pertahanan, pariwisata, penerbangan dan banyak sektor lainnya. Baik Bangladesh maupun Indonesia memiliki pandangan yang sama dalam banyak masalah regional dan internasional dan bekerja sama di badan-badan regional,” ujar Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia, Wakil Marsekal Udara, Mohammad Mostafizur Rahman, dalam sambutan pembukaannya.
Di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Sheikh Hasina yang cakap, putri Bapak Bangsa Bangabandhu Sheikh Mujibur Rahman, Bangladesh telah bergerak di lintasan pembangunan inklusif dan kemajuan yang berpusat pada rakyat sejak tahun 2009. “Dengan senang hati saya memberitahukan bahwa kelulusan Bangladesh dari LDC (Low Developing Country alias Negara Terbelakang – red) menjadi negara berkembang pada tahun 2021 adalah pengakuan atas perjuangan kolektif rakyat kita untuk kemajuan dalam 50 tahun kemerdekaan kita,” ungkap Momen.
Bangladesh telah mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan stabilitas makro ekonomi serta pengurangan kemiskinan yang signifikan. “Bangladesh sekarang diakui sebagai panutan dalam pembangunan sosial- ekonomi di dunia. Tingkat kemiskinan telah diturunkan, dan pendapatan perkapita telah meningkat tiga kali lipat selama dekade terakhir. Selain tingkat pertumbuhan PDB (Pendapatan Domestik Bruto – red) yang baik sebesar 6,94 persen, Bangladesh berada di posisi ketujuh dalam pemberdayaan politik perempuan, kedua dalam ekspor pakaian jadi, dan pertama dalam pasukan penjaga perdamaian PBB,” jelas Dubes Rahman.
Saat ini, dengan PDB USD 405 miliar dan PDB per kapita sebesar USD 2.408, Bangladesh merupakan negara dengan tingkat ekonomi terbesar ke-40 di dunia. Para pemimpin Bangladesh dan Indonesia memiliki hubungan yang baik dan telah mengunjungi negara satu sama lain tidak hanya sebagai tanda persahabatan yang erat tetapi juga untuk membina hubungan lebih lanjut.
Perdana Menteri Bangladesh Hasina telah mengunjungi Indonesia pada tahun 2011, 2015 dan 2017. Sementara Presiden Indonesia Joko Widodo mengunjungi Bangladesh di tahun 2018 untuk meningkatkan hubungan bilateral. Beberapa kesepakatan dan nota kesepahaman (MoU) berhasil ditandatangani selama kunjungan ini untuk memperkuat hubungan bilateral.
Perdagangan bilateral kedua negara telah tumbuh dengan kecepatan yang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir, melonjak menjadi USD 3,03 miliar pada tahun 2021. Meskipun ada pandemi Covid-19, namun kegiatan perdagangan Indonesia dengan Bangladesh mencatatkan lompatan besar dari hanya USD 1,66 miliar di tahun 2017.
Nilai perdagangan bilateral sebesar USD 3,03 miliar bukanlah jumlah yang kecil. “Perdagangan Indonesia dengan Bangladesh jauh lebih besar dari perdagangan Indonesia dengan Inggris yang mencapai USD 2,96 miliar, dengan Rusia USD 2,74 miliar, dan dengan Prancis USD 2,28 miliar,” papar Veeramalla Anjaiah, peneliti senior dari Center for Southeast Asian Studies (CSEAS), kepada penulis.
Indonesia menikmati surplus perdagangan sebesar USD 2,81 miliar dengan Bangladesh di tahun lalu. Bangladesh membeli batu bara, minyak goreng kelapa sawit, LNG, suku cadang otomotif, rempah-rempah, dan karet dari Indonesia dalam jumlah besar. Baru-baru ini, PT INKA Indonesia memasok 400 gerbong kereta ke Bangladesh.
Indonesia, demikian Anjaiah, adalah sumber impor terbesar kelima bagi Bangladesh. Untuk meningkatkan perdagangan dan mencapai neraca perdagangan yang sehat, Indonesia sedang merundingkan perjanjian perdagangan preferensial (PTA) dengan Bangladesh.
“Kami akan segera menyelesaikan pembicaraan perjanjian perdagangan preferensial,” kata Direktur Jenderal Asia-Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI, Abdul Kadir Jailani, pada acara resepsi Yobel Emas, 21 Juni 2022 lalu.
Jailani juga menjelaskan bahwa dirinya yakin pertumbuhan perdagangan kedua negara akan berdampak pada berbagai sektor. “Karena saya yakin pertumbuhan perdagangan akan mendorong pertumbuhan di sektor lain, termasuk investasi,” tambahnya.
Jailani adalah tamu utama di acara tersebut. Ia memuji Bangladesh atas bantuannya selama masa-masa sulit. Indonesia dapat berinvestasi di Bangladesh di berbagai sektor karena Dhaka menawarkan begitu banyak insentif kepada investor asing. Bangladesh bukan hanya tanah peluang tetapi juga pintu gerbang ke negara-negara Asia Selatan.
Ke mana arah hubungan Bangladesh dan Indonesia ke depannya? “Sejauh ini, kami menikmati hubungan yang sangat dekat, tetapi saya yakin ini saatnya untuk menambahkan dimensi strategis ke dalamnya. Saya juga percaya bahwa hubungan kami akan mencapai level tingkatan baru dalam beberapa hari mendatang,” ujar Rahman dalam pidatonya. (Wina/Red)