Videotron, Sound sistem Infokus tidak dapat dimanfaatkan secara optimal saat semana Santa Pada Jumat 18 April 2025/ Foto
Larantuka, Kompas 1 net– Kehadiran videotron dan perangkat sound system saat perayaan Semana Santa 2025 di Kabupaten Flores Timur menuai sorotan publik. Pasalnya, perangkat elektronik yang didatangkan sehari sebelum prosesi keagamaan akbar tersebut berlangsung, justru tidak memberikan asas manfaat yang diharapkan. Warga pun mempertanyakan asal-usul pengadaan alat tersebut dan mendesak aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas persoalan ini.
Pada malam puncak prosesi Semana Santa, Jumat 18 April 2025, videotron beserta layar monitor dan sound system yang dipasang di sekitar Taman Patung Herman Fernandez, dilaporkan tidak berfungsi sama sekali. Hal ini memicu kekecewaan warga, mengingat kehadiran perangkat itu tidak berdampak positif terhadap jalannya prosesi.
“Barangnya terpasang rapi, tapi tidak ada gunanya. Videotron tidak berfungsi, masyarakat kecewa. Kami heran, dari mana barang ini didatangkan, apakah disewa atau dibeli? Dan anggarannya dari mana? Belum ada penetapan APBD perubahan, tapi barang sudah tiba,” ungkap Amir (nama disamarkan), warga Larantuka kepada awak media
Hasil penelusuran media menunjukkan bahwa sekitar tiga minggu sebelum Semana Santa, Kepala Dinas Kominfo Flores Timur, Hery Lamawuran, mengusulkan alokasi anggaran sebesar Rp450 juta untuk belanja videotron. Dana ini rencananya dialokasikan dalam postur anggaran “mendahului perubahan” guna mendukung Semana Santa serta program 100 hari kerja Bupati dan Wakil Bupati.
Namun angka tersebut diduga ditentukan oleh Kepala Bappelitbangda (BP4D) Flores Timur, bukan berdasarkan kajian teknis dari Dinas Kominfo sebagai instansi terkait. Ironisnya, menjelang cuti bersama, Hery Lamawuran kembali menyebut adanya rencana anggaran sebesar Rp750 juta untuk videotron dan Rp500 juta untuk sound system, yang dinilai fantastis dan tak disertai kajian mendalam.
Saat dikonfirmasi usai Jumat Agung (18/4/2025), Hery Lamawuran menjelaskan secara singkat bahwa perangkat Infokus yang digunakan adalah bantuan dari Kementerian Kominfo. Namun, ia tidak menjawab secara rinci soal status videotron dan sound system — apakah disewa atau dibeli — serta sumber anggarannya.
Sementara itu, fakta di lapangan menunjukkan videotron hanya sempat digunakan sebentar untuk menayangkan pertandingan tim sepak bola lokal, Perseftim, di Liga 4 Nasional, sebelum menghilang di lokasi.
Imran, warga lain yang diwawancarai pada 23 April 2025, menyatakan kekecewaannya terhadap kebijakan pemerintah daerah. “Layar monitor tidak berfungsi, tidak ada manfaat sama sekali. Kami berharap Pemda tidak menipu rakyat kecil. Kalau tidak ada manfaat, jangan buang-buang uang daerah. Kami yang jadi korban,” tegasnya.
Desakan publik agar aparat penegak hukum segera turun tangan untuk menyelidiki transparansi dan legalitas pengadaan alat ini pun semakin menguat. Warga berharap ke depan kebijakan pembangunan benar-benar berpihak pada rakyat, bukan sekadar formalitas tanpa manfaat nyata.
Rita Senak, Kompas 1 net melaporkan