Upaya Negeri Menggali Potensi Energi Unggulan Dunia

Area produksi panas bumi PT Pertamina Geothermal Energy. Panas bumi dapat menjadi pendorong produksi hidrogen. PERTAMINA

Bacaan Lainnya

Kompas 1 net – Demi mengejar target NZE, PT Pertamina Hulu Energi mengembangkan potensi eksplorasi untuk geologic hydrogen sebagai langkah menjaga ketahanan energi nasional.

Sebagai subholding upstream Pertamina, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) kini tengah berupaya mengembangkan potensi eksplorasi untuk geologic hydrogen di wilayah timur Indonesia. Ke depannya, geologic hydrogen berpotensi menjadi energi unggulan untuk dunia.

Adalah Vice President New Venture PHE Bintoro Wibowo, Minggu (12/5/2024), yang menyampaikan bahwa eksplorasi untuk menemukan geologic/natural hydrogen akan menjadi salah satu harapan dari Pertamina sebagai greener and cleaner energy. “Pertamina menyambut adanya research ataupun peluang atau kerja sama dengan semua pihak, terutama dari pihak akademisi, peneliti, maupun dari pihak stakeholder lainnya,” ucap Bintoro.

Adapun, PHE berkolaborasi dengan Fakultas Teknologi Eksplorasi dan Produksi Universitas Pertamina dan bekerja sama dengan pihak Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM). PHE memulai untuk penerapan studi G&G potensi geologic hydrogen tersebut di East Sulawesi Ophiolite melalui tahapan kick off meeting untuk studi eksplorasi geologic hydrogen atau dikenal dengan natural hydrogen di Sulawesi Opholite yang digelar di Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (6/5/2024).

“Kita bicara bahwa ke depan, ini akan menjadi energi unggulan untuk dunia menuju dekade geologic hydrogen dan net zero emission,” ujar Bintoro.

Sebagaimana diketahui, dewasa ini, seluruh negara di dunia ini berupaya untuk mencapai NZE atau net zero emission. Hal itu bertujuan agar pemanasan global dapat dibatasi pada suhu 1,5 derajat celcius.

Zero emission adalah arahan kepada seluruh negara untuk mampu mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050. Arahan untuk mencapai target emisi nol bersih pada 2050 berasal dari konferensi yang diselenggarakan pada 2015 di Paris. Konferensi tersebut mengemukakan bahwa baik negara industri dan negara maju wajib untuk memenuhi target emisi nol bersih pada tahun yang telah ditentukan.

Net zero emission sendiri merupakan situasi di mana jumlah jejak karbon yang bersumber dari aktivitas manusia tidak melebihi jumlah emisi yang dapat bumi serap. Bumi menyerap emisi karbon melalui ekosistem seperti laut dan hutan.

Penyerapan emisi itu bertujuan agar tidak ada emisi yang menguap ke atmosfer, sehingga menyebabkan gas rumah kaca yang berpotensi memicu terjadinya pemanasan global. Dampak pemanasan global bisa menyebabkan perubahan iklim yang drastis.

Penelitian Bersama

Seiring semangat itulah, PHE, lanjut dia, memberikan kepercayaan kepada Universitas Pertamina untuk memimpin studi yang pertama kali akan dilakukan di PHE untuk melihat potensi geologic hydrogen dan melibatkan banyak sekali keilmuan, mulai dari mapping geologi, survei, pengambilan data geokimia serta pengambilan data geofisika yang sangat kompleks dan lengkap. “Diharapkan bahwa studi ini akan menjadi langkah pertama bagi PHE dan Indonesia untuk mewujudkan hasil atau upaya kita untuk melakukan dan mencari sumber energi bersih di masa depan,” ungkapnya.

Sementara, peneliti dari Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM Ruly Setiawan menyampaikan bahwa Badan Geologi menyambut baik inisiasi Pertamina yang mencoba mengungkap potensi geologic hydrogen di Indonesia. Beberapa waktu lalu, kata Rully, Badan Geologi bersama PHE intensif membahas bagaimana rencana untuk mengungkap geologic hydrogen atau natural hydrogen khususnya di kawasan Sulawesi.

“Jadi, ini semacam keberuntungan karena selama ini mungkin kita tidak terlalu fokus pada potensi geologic hydrogen ini, mudah-mudahan ke depannya cukup menjanjikan. Kami bisa saling kolaborasi sehingga kami bisa berperan di porsinya masing-masing. Kami dari sisi pemerintah sesuai tugas dan fungsi kami, menyiapkan data terkait eksplorasi geologic hydrogen maupun kegiatan hulu migas lainnya,” tuturnya.

Sedangkan, Peneliti Ahli Utama Periset Teknologi Hidrogen Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Deni Shidqi Khaerudini mengatakan, geologic hydrogen merupakan sumber hidrogen yang berasal dari bawah permukaan bumi dan tersimpan di dalam batuan.

Ia menjelaskan ada empat jenis geologic hydrogen, yaitu white/natural hydrogen, gold hydrogen, orange hydrogen, dan aqua hydrogen. Semua jenis geologic hydrogen tersebut erat kaitannya dengan geologi dan memerlukan pemahaman batuan dan pengetahuan geologi untuk dapat melakukan eksplorasi dan eksploitasi.

“PHE dengan kemampuan dan pengalaman dalam eksplorasi migasnya, tentunya dapat melakukan eksplorasi geologic hydrogen ini di Indonesia bahkan di luar negeri,” kata Deni.

Penulis: Eri Sutrisno

Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari.

Sumber dikutip dari Indonesia.go.id

Pos terkait