Pekanbaru, Kompas 1 Net- Belum lama ini beredar video kepala BP Batam Rudi yang menuding pejabat pemprov Kepri sebagai dalang demo Rempang.
Dari video yang diterima salah satu media online, pada Rabu (1/11/2023), Rudi menyebut aktor intelektual tersebut diketahui dari cerita keluarga pendemo yang yang masih di tahanan. Ia menyebut, keluarga pendemo meminta bantuan dirinya untuk membebaskan keluarganya. Pernyataan Rudi pada video itu diketahui saat membuka kegiatan Pelatihan Digital IKM dan UKM di Harmoni One, Batam Center, Senin (30/10)
“Alhamdulillah yang kena tahan itu sekarang cerita sendiri. Yang ditahan di Polresta itu. Karena yang nyuruh dulu tidak diurus, uangnya belum lunas, dan tidak diurus ditahan di Polresta,” kata Rudi dalam video tersebut.
Menurut Rudi, aktor intelektual kerusuhan Demo Rempang itu diketahui dari cerita keluarga pendemo yang ditahan polisi. Keluarga pendemo dari Tanjungpinang dan Lingga yang mengungkapkan hal tersebut.
“Kenapa saya tahu, karena keluarganya datang minta tolong dibantu melepaskan suaminya. Saya tanya suaminya kenapa, suami kami ditahan saat demo dulu. Saya tanya kalian tinggal dimana, mereka bilang tinggal di Tanjungpinang dan Daik Lingga. Hampir lebih separuh, hanya delapan orang yang orang Rempang,” ujarnya.
Menyikapi itu, Tokoh Masyarakat Riau Dr.Elviriadi mengatakan tafsir datanya tak mesti begitu.
“Jadi gini ya, orang yang demo datang dari luar Rempang, seperti Tanjung Pinang dan Lingga itu wajar saja. Bisa jadi karena panggilan hati. Rasa kemanusiaan, atau solidaritas sesama puak Melayu. Jadi tak ada yang janggal, ” kata aktivis 98 asal Selatpanjang itu
Akademisi yang kerap jadi ahli di pengadilan itu menyatakan Pemprov Kepulauan Riau memang bertugas mengayomi rakyat Rempang.
“Ya kan karena pembangunan Rempang Eco City itukan menimbulkan kontroversi yang mendasar. Menyangkut hak demokrasi rakyat Rempang. Jadi seharusnya BP Batam lebih proporsional dalam menyikapi gejolak dan aspirasi masyarakat. Pemerintah Propinsi Kepri pun berkewajiban mengayomi rakyatnya, “imbuhnya.
Aktivis PP Muhammadiyah itu menyatakan Kasus Rempang masih menyisakan problem kemanusiaan yang manjadi atensi publik.
“Kasus Rempang ini selamanya akan menjadi atensi publik. Ada ketidakseimbangan pembangunan yang mencolok mata. Juga potensi penggerusan lingkungan, gangguan pesisir laut dan perikanan, areal konservasi satwa, pengangkangan tata ruang dan hegemoni kapitalisme. Lelamo temakol Galang pun meloncat ke pangkuan Cukong Pasir Karsa. Kepunan telouw temakol dalanglaaaaaah, ” pungkas ahli lingkungan yang ikhlas gundul permanen demi hutan Rempang.**