Example floating
Example floating
Artikel

Teologi Netral, Salah Puja Rempang Merana (Religius Tapi Pro Penindasan) Oleh : Elviriadi (PP Muhammadiyah)

298
×

Teologi Netral, Salah Puja Rempang Merana (Religius Tapi Pro Penindasan) Oleh : Elviriadi (PP Muhammadiyah)

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Polemik kasus relokasi Rempang menyisakan problem kemanusiaan. Ada dehumanisasi atas dan demi pembangunan. Dehumanisasi sama dengan penindasan. Titik nadir dari makna dan tujuan diturunkan Rosul Muhammad. Wamaa utistu liutammimakarimal akhlak (dan Aku diutus demi penyempurnaan akhlak).

Sayang seribu kali sayang, sudut pandang peristiwa Rempang sebagai dekadensi nilai agama cendikiawan religius itu sudah maklum. Tapi mereka hanya diam seribu bahasa. Alasannya? Kita tak mau terlalu jauh mencampuri yang mengandung resiko. Lebih baik bersikap netral. Teologi, tauhid, atau iman, hanya merespon positivisme. Yang transenden, gelora perjuangan, dan altruisme adalah semacam “talibanisme” nusantara yang dapat mendistorsi kemampanan (duniawi).

UAS & Din Syamsudin

Untung saja, masih ada nama nama berpengaruh yang memahami kait kelindan dehumanisasi Rempang dengan resonansi Teologis. Ustad Abdul Somad menciutkan instagram. Prof. Din Syamsudin malah bersuara tanpa teding aling aling.

“Pemerintah seyogyanya tidak berdalih bahwa itu hanyalah miskomunikasi di bawah, padahal itu sejatinya adalah malpraktek kekuasaan yang lalim dan tidak adil,” kata Din Syamsuddin melalui keterangan tertulis kepada Tempo.co pada Sabtu, 16 September 2023.

UAS dan Pak Din, termasuk perlu dicatat Mantan Ketua KPK Busro Muqaddas mungkin diantara cendikiawan yang paham bahwa berteologi tidak boleh netral ketika agama memanggil.

Salah Puja 🌳🌲🔥

Bagi kaum gagal paham “syahadat”, hegemoni penguasa lalim terhadap rakyat tidaklah bagian dari concern ad dienul islam. Sebaliknya, yang punya jabatan dari “jamaah” nya itulah sukses story, rule model, yang layak di sanjung puja. Lupakan soal Rempang nan rempong. Undang pejabat bergestuur religius tapi meneken SK Penghancuran hutan tropis. Bela puji pejabat yang khawatir investor tak singgah. Pelorotin duitnya atas nama sedekah, zakat, infaq dan wakaf demi pembangunan (kampus) umat.

Miskin Ideologi

Syahdan, meratapi kemiskinan ideologi umat, lahirlah khudi konsep muslim petarung sir Iqbal. “Mukmin yang sesungguhnya, bukan yang pasif dan penakut. Melainkan dialah sang penakluk dunia (sekaligus menumbangkan kaum despoktik) dibawah telapak kaki atas nama Tuhan, ” kita ingat petuah murid Nietzche itu.

Hasan Hanafi berupaya menggeser pendulum tauhid ke kiri (al yasar al islami), peduli pada mustad’afien, lawan penindasan. Mansyur Faqih wong jogja memperkenalkan “intelektual organik”, Ali Shariati menyiapkan “Rausyah Fikr”, manusia altruistik yang tercerahkan.

Sedang Hang Jebat Legenda Malaka, “Raja Alim Raja disembah, Raja Zalim Raja di Sanggah…”

Teologi Netral 🌳🌳💥💥🔥

Bal’am bin Ba’ura dahuluya ulama sekaligus cendikiawan religius. Sering bepergian bersama Nabi Musa as, menghabiskan waktu berhari hari dalam diskusi berbalut tauhid. Tapi undangan Firaun menjadi penikmat gemerlap istana memukau hatinya. Apalagi jalan Musa as penuh jurang terjal. Sejak itu, mungkinkah Bal’am menganut “teologi netral”? Bal’am mulai intens mengunjungi istana. Mula mula memberi peringatan (menjaga image). Lama kelamaan Fatwanya terasa sayub. Hiruk pikuk penindasan ala “Rempang-isme” makin dipandang “manis” seraya meluncurlah fatwa apologetik; investasi adalah keniscayaan menuju negara maju

Begitulah Teologi netral Bal’am-isme terwariskan dari zaman ke zaman. Sampai ke hari hari milenial dimana ulama cendikiwan terbungkam mulutnya menyaksikan ketidak-adlan Rempang. Kehidupan dunia lebih mereka cintai daripada akhirat yang kekal abadi. Lantak dikau lah Atan.**

Example 300250
Example 120x600