INHU, Kompas 1 net – Upaya persuasif yang ditempuh Kapolres Indragiri Hulu (Inhu) AKBP Fahrian Saleh Siregar, S.I.K., M.Si bersama Bupati Inhu Ade Agus Hartanto, S.Sos., M.Si akhirnya membuahkan hasil nyata. Warga Kelawaran Desa Pesajian, Kecamatan Batang Peranap, dengan penuh kesadaran membongkar sendiri peralatan tambang emas ilegal (PETI) yang selama ini digunakan di kawasan tersebut.
Kegiatan penertiban berlangsung pada Sabtu (23/8/2025) mulai pukul 10.00 WIB hingga 18.00 WIB. Personel gabungan dari Polres Inhu dan Polsek Peranap yang dipimpin KBO Sat Reskrim Polres Inhu, Ipda Riki Rahmadi, bersama Kanit Reskrim Polsek Peranap Ipda Yusmar, serta 10 personel lainnya, menempuh perjalanan sejauh ±100 km dari polsek peranap menuju lokasi. Jalanan terjal dan sulit ditempuh tidak menyurutkan semangat aparat, apalagi ketika tiba di lokasi mereka mendapati masyarakat sudah lebih dahulu berkumpul untuk ikut serta dalam pembongkaran.
Di lokasi, aparat bersama warga menemukan sekitar 30 unit rakit atau pocay tambang emas serta pondok-pondok pekerja tambang. Tanpa ada paksaan, warga bersama aparat langsung melakukan pembongkaran terhadap 12 unit pocay, sementara sisanya akan dibongkar pada hari berikutnya. Yang menarik, inisiatif pembongkaran ini dilakukan dengan sukarela, sesuai kesepakatan bersama dan arahan pemerintah.
Kapolres Inhu AKBP Fahrian Saleh Siregar, melalui Kasi Humas Polres Inhu Aiptu Misran, SH menyampaikan bahwa langkah persuasif ini merupakan hasil sinergi antara Polres Inhu, pemerintah daerah, dan tokoh masyarakat. “Kapolres bersama Bupati sebelumnya telah memberikan himbauan agar masyarakat menghentikan kegiatan PETI. Alhamdulillah, imbauan itu disambut baik. Warga tidak hanya menghentikan, tapi juga membongkar sendiri peralatan tambang yang ada,” tegas Misran.
Lebih lanjut, Misran menuturkan, Bupati Ade Agus Hartanto juga menjelaskan bahwa pemerintah tidak tinggal diam. Pemprov Riau sedang mencari solusi dan menyiapkan regulasi tentang pertambangan rakyat agar nantinya aktivitas penambangan dapat berjalan dengan tata kelola lingkungan yang bertanggung jawab. “Artinya, kita semua bergerak bukan sekadar melarang, tetapi juga mencarikan jalan keluar yang baik untuk masyarakat,” tambahnya.
Hingga kegiatan selesai sore hari, suasana berlangsung aman, tertib, dan penuh kekeluargaan. Tidak ada konflik, justru yang terlihat adalah kesadaran kolektif warga Desa Pesajian untuk menjaga kelestarian lingkungan demi masa depan anak cucu mereka.
Apa yang terjadi di Desa Pesajian ini menjadi contoh nyata bahwa pendekatan persuasif, dialog, dan sinergi antara aparat, pemerintah, dan masyarakat jauh lebih efektif ketimbang langkah represif. Satu demi satu pocay tambang yang dibongkar warga menjadi simbol awal perubahan bahwa menjaga bumi bisa dilakukan bersama-sama, tanpa harus menunggu tindakan paksa.
Jaya: Kompas1 net Inhu, Melaporkan