Dokter Terawan bikin heboh lagi, atau lebih tepatnya IDI yang heboh usai menerbitkan surat pemecatan dan pencabutan ijin praktek dokter penemu VakNus itu. Rekam jejak karir Terawan memang tidak pernah surut dari kontroversi. Ketidak-harmonisnya dengan organisasi profesi sekelas IDI ibarat air dan minyak.
IDI memang bukan kepanjangan tangan dari Kementrian Kesehatan yang artinya kebijakan IDI tidak berhubungan dengan kebijakan Kemenkes. Ijin praktek dokter yang dikeluarkan IDI sebelas-duabelas dengan label Halal ala MUI. Namun sebagai organisasi profesi gimana sih rasanya dijauhi temen, kolega relasi sesama dokter. Jadi dokter tapi tidak diakui ke-dokterannya secara berjamaah (organisasi), bukan berarti gelar dokternya hilang. Persoalannya pada kode etik.
Terawan yang bergelar dokter lebih memilih karir sebagai peneliti, menemukan inovasi medis yang berguna bagi hidup orang banyak. Terawan juga yang memilih jalur “bisnis” peralatan medis daripada buka praktek dengan plang bertulis “Minggu dan hari besar tutup”. Penemuan medisnya lebih bernilai ekonomis tinggi daripada menulis resep obat.
Naluri bisnisnya yang lebih tajam dibanding nyuntik pasien menjadikan Terawan dekat dengan pengusaha, pejabat, tokoh-tokoh nasional. Selain mereka para pasien Terawan, kerja sama bisnis alat kesehatan itu obat mujarab penyumbang kesembuhan keluhan stroke, syaraf, jantung, ginjal mereka. Terawan menjadi sosok dokter favorit para stakeholder. Bahkan keputusan dipilih menjadi Menkes oleh Jokowi lebih beraroma titipan kepentingan para elite pasien Terawan. Baru kali ini RSPAD nyumbang sosok Menteri.
Keputusan Jokowi memecat Terawan bukan tiba-tiba tanpa alasan atau hanya karena ribut dengan IDI. Jokowi sempat berharap besar Terawan dapat membenahi institusi kesehatan dengan jaringan dalam dan luar negeri yang dimilikinya. Namun Terawan memang bukan seorang birokrat, lebih tepatnya pebisnis. Lisensi ijin praktek dokter yang dipegang IDI seharusnya bisa dia benahi saat menjadi Menkes, namun itu tidak dilakukan. Malah lebih asik bikin penelitian VakNus kerja sama dengan Amerika!!
Terawan memang sudah gak butuh ijin praktek dokter apalagi keanggotaan IDI. Pemecatannya oleh IDI tinggal menunggu waktu. Terlepas dari dugaan IDI sudah terpapar kaum intoleran, moment keluarnya surat pemecatan dalam paham cucoklogi digoreng dengan simpati dokter teroris yang ditembak densus. Membela Terawan mati-matian atas nama intoleransi, sementara yang dibela cuma cengar-cengir. Terawan “Corporatian” masih bisa berjaya tanpa pengakuan IDI. Impor alat medis mahal dan canggih dari luar negeri tidak butuh ijin praktek dokter.
IDI dan Terawan sama sama bre*gsek.
Tapi percayalah, Jokowi tidak pernah salah memecat Menterinya yang dinilai tidak becus kerja. Duh… kenapa jadi keingetan Abas ya?
Dahono Prasetyo
Depok 27/03/22