Dari dulu….
Di ujung setiap helai daun bahkan di semua hutan selalu ada timbunan prahara yang tak terucapkan.
Harta itu milik “orang dalam” yang menutup rapat semak-semak untuk berbagi kesiapa pun, bahkan jika harus dirambah dengan buldozer apapun.
Potang….
Ranting yang jatuh pagi kemarin, sudah boleh membusuk jadi sampah, jika “anak orang dalam” harus bersaing dengan raungan “senso” yang lebih nyaring.
Kini…
Peradaban “cucu anak orang dalam” akan tetap jempalitan, jatuh bangun, tunggang langgang, terpontang-panting mengusung rahasia.
Bisuk….
Untuk beberapa ratus tahun, takkan mendengar desingan ranting bergesek. Sampai tiba pada waktu yang “topek” kegersangan menghantam telak di jidhat cukong-cukong yang mengangkang.
Ujung Batu, 9 Nov 2022
