Pak UU Hamidy : SANG INSPIRATOR TEKNOKRAT LINTASAN HIDUP

Oleh : .

M. Sangap Siregar, MA
Dosen Univ. Hang Tuah Pekanbaru Riau

Semula tulisan ini direncanakan untuk sebuah buku biografi jelang usia beliau 70 tahun, tapi sayang ketika tulisan ini rampung, bukunya telah naik cetak. Sehingga tidak dapat dimuat dalam buku tersebut, namun sudah pernah diterbitkan di Riau Pos dalam edisi kolom budaya tahun 2013 yang lalu, tetapi karena era peralihan dari media elekronik ke digital tulisan itu tak dapat diakses lagi. Penulis ingin mengorbitkan kembali sebagai siri kajian tokoh diharapkan dapat menginspirasi generasi muda khususnya, dan sidang pembaca pada umumnya.

Beliau adalah insan super kreatif yang mengenali diri lebih dini. Lahir di Rantau Kuantan Riau. Tepatnya di desa Sibrakun Kecamatan Benai Kuantan Singingi 17 November 1943. Menamatkan studi S1 dalam Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Malang 1970 dengan gelar Drs. Dan jenjang pendidikan S2 pada studi kebudayaan Melayu di jabatan pengajian Melayu University Malaya Kuala Lumpur Malaysia tahun 1980 dengan gelar MA.

Dilintasan jagat Budaya Melayu siapa yang tidak kenal beliau. Dari lebih kurang 70 buah deretan karya otentik dalam kajian ilmiah kemelayuan yang diretas selama lebih kurang 20 tahun. Kiranya dunia layak mengapresiasi beliau sebagai salah seorang rujukan internasional dalam kajian kemelayuan.

Beliau salah seorang pelaku sejarah yang masih hidup aspirasi nurani batinnya ditengah terpaan badai hedonis kepura-puraan dalam arus politik kehidupan masyarakat Indonesia. Hingga di usia purna bakti masih tetap produktif mendulang karya dilintasan medan pilihannya budaya melayu, dunia nurani batin dan zahir lingkungan sosio-sprit alam negerinya. Tempat ia dilahirkan dan dibesarkan di sana.

Sosok Pribadi

Beliau sosok pribadi brilian dalam bidang kepakarannya. Dunia melayu dan segala nuansanya, dengan sorot bidik siasah, Islam dan sastra menjadi rampai kajian perhatiannya terlihat sebati dengan nadi karya-karyanya.

Alam, bumi, manusia dan segala yang bersangkut paut dengannya telah menjadi terawangan pikirnya sejak masih belia, di bangku kuliah, masa pengabdian mengajar, dan sepanjang usia produktifnya.

Ia telah melakukan karya baktinya dengan tunak sepenuh hati demi ketinggian Islam sebagai jalan keselamatan hidup abadi.

Sentra Kajian

Budaya Melayu sentra kajian beliau dianggap sebagai laras tamadun tinggi yang telah pernah membumi di jagat mayapara.

Islam sebagai cara hidup menyeluruh telah melebur sebati dalam tatanan kehidupan atas kinerja ulama dan umaro bersatu padu demi tegaknya keadilan dan kebenaran sebagai kesejahteraan manusia di bumi.

Mereka berhasil menyebatikan Islam ke segala aspek kehidupan berkait berkelindan bagai aur dengan tebing, sehingga dunia mengakui bahwa melayu yang pada dasarnya sebagai salah satu etnik di nusantara, telah disebut identik dengan Islam dan sebaliknya. Karena apa? Karena upaya penyebatian yang telah dilakukan para ulama dan umaro dalam menggagas kehidupan masyarakat supaya menepati dan menetapi jalan keselamatan itu.

Pak UU dengan penguasaan aspek bahasa yang mendalam, telah menjadikan beliau sebagai insan dialektis menuntut kejeniusan penguasaannya atas hampir semua lapisan atmosfir ilmu-ilmu sains sosial menjadi jejak intelektualnya.

Islam menghendaki cara hidup kaaffah. Maka tuntutan itu perlu pengejawantahan menyeluruh sebagaimana terungkap indah dalam bahasa “adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah”.

Inilah yang menjadi putik kajian ilmunya yang telah menggejala, tumbuh dan terus mengakar. Apapun ihwal kehidupan nyata dengan teropong sudut pandang spritual melayu telah menjadi sasaran tangkap kajiannya dengan neraca timbangan Islami. Yang nota bene nur Al-qur’an dan nur Hadist nabi telah menjadi laser pembedah dijiwanya.

Nuansa kehidupan melayu dalam kesejagatan telah rangkum dalam cakrawala pikirnya. Dinamika pergerakan, pergeseran dan perubahan nilai, telah menjadi perhatian yang terus dikritisinya. Biar zaman beralih musim bertukar, namun jangkar Islam tidak boleh berubah sebagai tatanan nilai yang fleksibel diikuti.

Transformasi budaya yang kita bangun bukan mengikut rentak dunia dan perubahannya. Tetapi dinamika dan dialektika progresif yang kita bina hendaklah sarat nilai kebermaknaan, kemanfaatan dan kemaslahatan yang diredhoi-Nya. Hal sedemikian menjadi darah daging keilmuannya, ciri khas keunikan dirinya dalam napas karya-karyanya.

Teknokrat Lintasan Hidup

Beliau adalah seorang teknokrat lintasan hidup yang piawai, barangkali bisa ditularkan pada generasi. Beliau mengajarkan agar setiap insan ciptaan Tuhan yang telah diberi talenta istimewa, potensi diri dan keunikan dapat mengenalinya agar diasah dan diasuh sehingga tajam. Lalu, berbuatlah meretas karya otentik diri, ketamadunan warisan terbesar peradaban masa depan kemanusiaan.

Sabda hikmah

Sabda hikmah bijaksana, siapa kenal diri, maka ia akan kenal Tuhannya. Siapa kenal Tuhannya maka dia tahu jalan fitrahnya. Siapa tahu jalan fitrahnya, maka tahulah dia hakikat dirinya, kenallah ia akan kehambaannya.

Bangsa yang tahu akan jati diri bangsa beradab, beradat dan berbudaya. Hidup dalam aturan norma menjulang martabat kemanusiaan.
Mengikut aturan ghalib nizam hidupnya. Insan tamadun pengayom bumi. Hamba Allah khalifah alam.

Kesaksian

Wartawan senior 3 zaman, Rosihan Anwar dalam harian Republika pernah menyebutkan bahwa beliau adalah sosok pribadi yang menggerunkan, sebab dengan bakat seni kesusastraannya telah mampu dan berani mendeklarasikan kepolosan dan ketelanjangan jiwanya yang merdeka dalam mengungkapkan segala aspirasi, gagasan, pikiran dan argumentasinya tentang segala ihwal hidup dan kehidupan bangsanya.

Atas dasar kecintaan, keikhlasan, kejujuran, pengabdian dan ketulusan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan kebenaran hakiki yang diyakininya adalah satu-satunya jalan yang harus ditempuh oleh semua pihak yang inginkan kejayaan abadi.

Apalagi dalam ihwal alam kehidupan merdeka dan membangun di era reformasi dan otonomi. Beliau tampil sebagai pemirsa yang adil dan objektif.

Sebagai insan sastra yang merdeka dengan nuansa karya murni pendekatan grounded research, pengamat intelek, kajian ilmiah, kritikus kehidupan politis dengan neraca timbangan kebenaran, tiada kepentingan kecuali kebenaran itu sendiri, menjadi kerinduan fitrah kesejagatan.

Insan Kreatif

Beliau adalah model insan kreatif yang telah berjaya menemukan lintasan jalan hidupnya, serta tunggangan kuda takdirnya. Beliau memahami dirinya sejak dini, sehingga dengan itu pula beliau lebih cepat dan sigap mengambil keputusan bertindak untuk melahirkan karya abdinya yang dipersembahkan semata karena Allah. Sebagai medan dakwah dan sarana amal bakti yang rindu pada rahmat redhoNya sebagai harapan terindahnya.

Maka menjadilah napas kajiannya sedemikian rupa, terus bergulir tak pernah kering walau di musim kemarau dan ketandusan nurani kemanusiaan. Beliau tetap menyampaikan yang haq dalam kepahaman ilmunya. Andai bersilang keris dileher namun yang haq dan benar itu akan kau sampaikan jua dalam torehan tinta emas yang terus mengucur bagai mata air dari aliran nuansa qolbunya.

Tataran zahir kajiannya adalah bentangan alam budaya melayu, ruh dan napasnya adalah Islam. Semua gagasan kajian beliau bermuara pada menghidupkan jiwa dan kepribadian.

Karena beliau yakin energi kekuatan serta kebesaran empayer dan tamadun melayu adalah berkat aliran nilai-nilai Islam yang telah mengakar disetiap jiwa ummat dan mewujud nyata dalam setiap amal perbuatan mereka.

Dan itulah sesungguhnya yang menyebabkan melayu bermartabat. Maka beliau paham bahwa merekonstruksi kembali budaya melayu pada masa depan seperti yang diimpikan oleh para visioner perindu tamadun kebudayaan melayu dalam setiap babak peletakan dasar visi wawasan, menuju Riau maju atau Indonesia emas hanya akan berhasil apabila ruh Islami bisa di darah dagingkan dalam dinamika kehidupan ummat.

Maka perlu digaris bawahi, hampir seluruh kajian dan karya Pak UU adalah upaya keras untuk menghidupkan ruh dan napas kuasa batin energi kehidupan yang sangat penting bagi menata kehidupan masa depan tamadun bangsa menuju kejayaan dan kegemilangan abadi. Wallohu ta’ala a’lam***

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pos terkait