Malaysia Madani & Paradoks Ekonomi Global (Beberapa Catatan Buat Anwar Ibrahim) Oleh : Elviriadi

Akhirnya, Raja Malaysia Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah mengesahkan Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri (PM), mengakhiri hari-hari ketidakpastian menyusul hasil pemilihan 19 November 2022 yang memunculkan parlemen tanggung.

Keputusan menunjuk PM Malaysia ini dibuat usai pertemuan para pemimpin Melayu Malaysia, lantas mengizinkan Sultan Abdullah memilih seorang anggota parlemen mendapat sokongam mayoritas di Dewan Rakyat sebagai perdana menteri sesuai dengan Pasal 40(2)(1) dan Pasal 43(2)(a) Konstitusi Federal.

Bacaan Lainnya

Sejumlah pengamat seumpama Bridget Welsh, pakar politik Asia Tenggara mengatakan bahwa Anwar adalah sosok globalis yang akan meyakinkan investor internasional.

“Dia harus berkompromi dengan pihak lain di pemerintahan yang berarti proses reformasi akan menjadi lebih inklusif. Anwar adalah seorang globalis, yang akan meyakinkan investor internasional. Dia telah dilihat sebagai pembangun jembatan lintas komunitas. Pada saat yang sama ia menawarkan bantuan yang meyakinkan untuk tantangan yang akan dihadapi Malaysia.” kata Bridget Welsh kepada salah satu media di semenanjung.

Fundamental Idea

Dari beberapa pandangan yang mengemuka, muncul pertanyaan; bagaimanakah Malaysia Madani versi Sang PM menghadapi arus ekonomi global?

Saya bahkan menyebut ekonomi global yang diterajui World Bank, PBB dan negara adikuasa adalah paradoks terhadap paradigma islam.

Sistem ribawi (interest), persyaratan persyaratan dari pihak global mungkin bercanggah dengan nilai nilai ad dienul islam. Malaysia Madani dicabar untuk memberikan fundamental idea. Sebuah gagasan segar, originil dan genuine untuk berhadapan dengan pasar (ekonomi) global.

Pada hemat penulis, model pembangunan ekonomi yang sedia ada di dunia, sememangnya berjaya meningkatkan pertumbuhan dan GNP, tetapi manfaatnyal tak mampu memperjuangkan kelompok umat melarat yang majoriti. Lalu muncullah pertanyaan, “Growth and Equality: can they be happy together?

Whatever, Anwar Ibrahim harus memerlihatkan inklusifnya aspek normatif islam (madani) secara tegas ke dalam konsep ekonomi malaysia sebagai negara bangsa yang berdaulat (sovereign nation state) seraye mengetepikan model Barat perlahan lahan.

Malaysia Madani yang secara etimologi merujuk pada madinatul munawaaroh (kurun sahabat ra yang terbaik), ialah sejauh mana Pemimpin Malaysia boleh merekayasa peradaban muslim. Merancang sebuah formula pembangunan ekonomi yang futuristik dan profetik, sebagai “pencabar” daripada ekonomi global yang dipenuhi paradoks dan mengabaikan fitrah keinsanan.

Malaysia Madani Tuan Anwar Ibrahim tidak boleh memjadi sekadar jargon Reformasi. Tegakkan moral birokrat, jangan cuba cuba nak rasuah..!!

Sekali turun ke sungai biar berbasah. Sebagai pemegang kuasa puncak, Anwar Ibrahim tak usah ragu mengajak pemikir muslim rantau ini (Indonesia, Filipina, ataupun cendikiawan muslim antara bangsa) umtuk memgkaji, menelaah dan menghalusi konsepsi “Madani”. Sampai ke taraf praktikal dalam keputusan politik seraya menjalankan roda kepemimpinan Malaysia.

Anwar dan Tim Ekonomi Pembangunannya bisa merujuk kepada Ziauddin Sardar (“Rekayasa Masa Depan Peradaban Muslim”) yang menyebut sistem seorang muslim dan masa depan harus merangkumi unsur Epistemologi, Histeriografi (merujuk ke zaman Madinah al Munawarah), Ilmu dan Teknologi, Pemerintahan (Amanah and Good Governance), Ekonomi, Pendidikan dan Perencanaan.

Sebuah Kekhuatiran

Melihat perkembangam beberapa bulan ini, pada pandangan penulis, Anwar Ibrahim mulai disibukkan dengan agenda agenda Kunjungan luar negara dan rutinitas yang memang padat.

Penulis sungguh khuatir, momen emas puncak kuasa ditangan Aktivis dakwah dan harokah dakwah, tak sempat memangkin ghiroh islam dengan gagasan genuine.

Raka rakan Anwar diantaranya Amidi Abdul Manan, Fathurman (Bogor), para aktivis ABIM serta assatid dakwah Malaysia haruslah berada digarda depan mengingatkan.

Cabaran islam bukan sahaja menjaga pegawai negara agar tidak bermain rasuah, tetapi lebih dari itu mewujudkan tashowwur dan tamadun islam; termasuk menawarkan Malaysia Madani menghadapi Kapitalisme global.

Saya kira semua perkara ini bukanlah perkara sukar. Sebab Anwar sudah punya modal ketika berguru ke Indonesia, menangguk ibrah dan tsaqafah (wawasan) melalui allahyarham Natsir, Kasman Singodimedjo, Buya Hamka, dan pemikir modern laimnya. Lanjutkan Perjuanganmu Datuk Sri Anwar Ibrahim!

 

Elviriadi adalah pensyarah UIN Suska Riau, Pendakwah dan penulis buku

Diterbitkan oleh Media online Kompas 1 Net. Riau Indonesia. 24/5/2023.

 

Pos terkait