Kunjungan Sore yang Penuh Makna: Sosok Calon Bupati yang Penuh Ketulusan Opini alias Cerpen penulis: Mely 

Sore itu, saya mengunjungi rumah seorang calon bupati yang tinggal di jalan lingkar, tak jauh dari rumah sakit 3M. Sampai disana, saya melihat banyak masyarakat berkumpul di sana.

Tanpa memandang kasta, ia membuka pintu kediamannya untuk siapa saja yang ingin bersilaturahmi.

Bacaan Lainnya

Tidak ada tembok pembatas, tidak ada perbedaan, dan tidak ada sikap eksklusif yang menjauhkan dirinya dari masyarakat.

Tanpa kesulitan, saya memasuki area rumahnya dan disambut dengan senyuman ramah serta wajah penuh ketulusan. Dia mempersilakan saya duduk dan menyapa dengan suara lembut, “Apa kabar, Dinda?” Nada bicaranya seperti seorang ayah kepada anak, tulus dan tanpa kepura-puraan.

Ketulusannya dalam berbaur dengan siapapun menjadi ciri khas yang sulit ditemukan pada sosok lain. Ia tidak pernah menunjukkan kemunafikan, tidak pula mengedepankan pencitraan.

Kepribadiannya yang tulus menjadi magnet yang menarik perhatian banyak orang, membuatnya dicintai oleh berbagai kalangan tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau budaya.

Di sana, saya ditemani beberapa tetangga yang sedang menikmati kue. Suasana penuh canda dan tawa tanpa ada perbedaan status sosial. Semua merasa setara, bercengkerama dengan hangat.

Saya sadar betul siapa diri saya. Bagi sebagian orang di lingkarannya, saya mungkin dianggap sebagai “musuh.” Namun, calon bupati ini tetap menerima saya dengan tulus, tanpa ada kemunafikan di wajahnya.

Ketika saya mengajukan pertanyaan yang sebenarnya cukup sensitif dan bisa saja menyinggung perasaannya, dia tetap menjawab dengan lembut, senyum tak lepas dari bibirnya. Tidak ada kesan tertekan atau marah, hanya ketulusan yang terasa.

Saat itu, hati saya merasa malu. Orang yang selalu menolong dan memperlakukan saya dengan baik, namun saya masih mencurigainya. Betapa hinanya saya membalas kebaikannya dengan prasangka buruk. Meski begitu, dia tetap bersikap ramah dan baik, seolah tidak terganggu dengan sikap saya.

Inilah sosok calon bupati yang tidak tampak memiliki ambisi berlebihan. Dia menjalani setiap langkah dengan penuh kepasrahan pada Sang Pencipta, meyakini bahwa apa pun yang terjadi adalah atas kehendak Allah. Sosok yang tulus dan bersahaja, layak menjadi pemimpin yang dicintai masyarakat.

Dialah Feriyandi… Sosok yang selalu tersenyum, ramah dan tutur kata yang lembut dalam menyikapi suatu keadaan. Tak ada wajah ambisi yang penuh kemunafikan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat agar terpilih menjadi Bupati Inhil. Karna dia yakin allaah pasti memberikan yang terbaik.
Semoga sehat dan selalu dalam lindungan allaah dan semoga apa yang menjadi niat tulus mu di ijabah oleh allah subhanahu wataala Aamiin.

 

Penulis Melly

Pos terkait