Pekanbaru, Kompas 1 Net- Perkembangan pemeriksaan para kepala desa se-Kabupaten Kampar dalam program ketahanan pangan telah menyebar luas ke publik.
Informasi ini juga dibenarkan oleh pihak kepolisian. Kapolres Kampar AKBP Ronald Sumaja SIK menjelaskan pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan hasil audit.
“Betul, (pemeriksaan kepala desa, red) berdasarkan hasil audit,” ujarnya menanggapi pertanyaan wartawan, Senin (8/1/2024).
Dugaan penyimpangan yang terjadi pada program ketahanan pangan desa-desa di Kampar ini terus bergulir sehingga menarik minat Tokoh Masyarakat (Tomas) Dr.Elviriadi.
Dari salah seorang kades kami menggali informasi. Kades muda yang kami wawancara pun membeberkan sejumlah fakta soal ini.
“Aaaaaacch kacaaww ini. Saya dengar sebagian besar desa mesti membeli ayam dengan harga 65 ribu per ekornya. Tapi beberapa desa justru membeli anak ayam. Jelas ini ada motif kriminal. Kita dukung Kapolres Ronald untuk usut sampai tuntas. Kita kawal proses penyelidikan, penyidikan, P21 sampai vonis Incrah, ” ujar alumni UKM Malaysia itu.
Akademisi yang kerap jadi ahli di pengadilan itu mengatakan akan langsung menjumpai Kapolres Kampar di Bangkinang.
“Kebetulan saya pun sudah sering WA dengan beliau, Ditambah lagi sedang mendampingi warga miskin melapor rumah nya di roboh residivis di Desa Tarai Bangun Tambang. Saya akan support secara moral dan dukungan tertulis nanti ke penyidik , ” ujarnya kepada media ini Kamis (8/2/24).
Diberitakan sebelumnya, awak media mengendus dugaan pengadaan sapi program ketahanan pangan di salah satu desa di Rantau Kampar Kiri, yang mestinya enam ekor tapi yang ada wujudnya hanya 3 ekor sapi.
Sewaktu warga komplain soal kekurangan sapi itu, oknum kepala desa justru berjanji akan membeli 3 ekor sapi lagi pada tahun berikutnya.
“Apa apaan ini. Kok kayak main main aja Anggara negara. Ketahanan pangan itu program bagus. Untuk menolong warga kita yang kesusahan. Janganlah ambil kesempatan ditengah penderitaan rakyat. Payahlah Kades gitu. Lelamo temakol pun melompat ke pangkuan lembu dan pundak induk ayam. keeok, kruuuikk, kepunan telouw temakol ayam den lapeeeehllaah, ” pungkas Elviriadi yang sudah 7 tahun istiqamah gundul licin demi hutan tropis.***