Pekanbaru | Kompas 1 Net– Torehan pena Laksamana Hery Presiden Aliansi Masyarakat Adat Melayu (AMA) Riau, Hati Merdeka Rakyat Riau di tanah bertuah di Negeri warisan Sultan, kini menjadi catatan kelam yang tak bisa dilupakan, Hingga menjadi balada dosa – dosa pusat terhadap Riau.
Sebagai budak Melayu yang terlahir dari rahim ibunda tanah pusaka negeri bertuah, Laksamana Hery tak pernah lelah untuk terus memberikan edukasi hati nurani, Anak negeri yang terlahir dari tanah tuah Raja Rokan.
Dalam sebuah diskusi Laksamana Hery memaparkan pemikiran dari para pendahulu nya yang selalu konsen terhadap nasib Riau, Laksamana Hery mengingat kan kembali kita tentang catatan jati diri dan perjuangan Riau ;
Riau yang hari ini menjadi bagian dari Kesatuan Republik Indonesia perlu mengingat kan kembali tentang negeri para sultan yang bertuah, diantaranya ; sumbangan terhebat dan sekaligus terbesar yang diberikan oleh Sultan Syarif Kasim II kepada Republik Indonesia, bukanlah semata uang sebesar 13.000.000 [tiga belas juta gulden]. Sama sekali bukan itu, dan sungguh angka tiga belas juta gulden itu, teramat kecil. Sama halnya dengan Sultan Hamengkubuwono IX yang juga turut menyumbang 6,5 juta gulden menurut catatan Tempo. Kedermawanan dan kerelaan hati sultan Siak yang terbesar, adalah ketika Ia menyumbang sebuah “Negara” yang sudah berusia lebih 200 tahun, yang didirikan oleh nenek moyangnya, kepada Republik Indonesia yang waktu itu baru berdaulat dalam hitungan hari. Sungguh suatu keputusan yang tidak mudah.
Ya, Beliau menyumbang sebuah “Negara Berdaulat” yang bernama Kesultanan Siak Sri Indrapura, menyerahkan Istana Matahari Timur [Astana Asserayah al-Hasyimiyah], beserta daerah yang dinaungi nya. Dari perut “Negara“ yang beliau sumbangkan itu, Indonesia menemukan jalan kemajuan, memiliki pintu kesejahteraan, dan menemukan puncak martabat.
Dari perut Bumi Negeri Sultan Siak Sri Indrapura yang Beliau sumbangkan, mengalir minyak, yang lebih deras dari hujan airmata kepedihan orang Riau. Sejak tahun 1928 Sultan Syarif Kasim II Selaku Kepala Negara Kesultanan, beliau menandatangani perjanjian dengan memberi izin ekploitasi minyak bumi, Sebagai mana disebut dalam tulisan Riauonline.co.id ; “Izin dari konsesi eksplorasi dan eksploitasi WK Migas Rokan pertama kali diizinkan oleh Sultan Siak ke-12 yaitu Sultan Syarif Kasim II pada perusahaan minyak asal Amerika,”.
Begitu pula catatan PT. Chevron, bahwa sampai tahun 2021, minyak yang sudah dihisap dari bumi Riau lebih kurang sebanyak 11,6 milyar barrel. Andai pun memang benar hanya segitu, maka dengan hitungan kasar, jika dikalikan dengan angka $50 per barrel, maka minyak dari perut bumi yang disumbangkannya, sudah berjumlah $580.000.000.000 [lima ratus delapan puluh milyar dolar], dan jika dikalikan dengan nilai tukar dollar sebesar Rp. 15.000, maka angkanya demikian mencengangkan, yaitu sebesar Rp. 8.700.000.000.000.000 [delapan ribu tujuh ratus triliun] atau 8,12 Kuadriliun.
Jika angka tersebut dikonversi ke dalam besaran APBD Provinsi Riau dan Kabupaten/Kota secara keseluruhan, maka itu setara dengan anggaran belanja selama 3 ratus tahun. Jika angka 8,7 kuadriliun itu ditambah dengan hasil komoditi kelapa sawit, yang Kini mencapai jutaan hektar.
Salah satu perusahaan yang melakukan pelanggaran terhadap negara hari ini sudah merugikan negara mencapai 78 triliun dari luasan lahan nya kurang lebih 35.000,- Hektare, Seperti di tulis banyak media di Riau dan nasional. Ditambah lagi sumbangan 1,6 ton Emas, berlian, mahkota, perikanan, dan yang lain-lainnya.
“Kita sangat memuliakan juga para penyumbang lainnya di negeri ini, tanpa perlu memperolok-olok pihak lain”.
Kini, “Negara” yang disumbangkan Kesultanan Siak tersebut, telah bermetamorfosis menjadi Provinsi Riau, dan sebagiannya menjadi wilayah Provinsi lain. bekas Kesultanan Siak itu akan terus menyumbang melalui Blok Rokan dan kegiatan ekonomi yang lain, demi Indonesia yang adil dan makmur.
Di masa datang, sangat perlu bagi Indonesia, untuk lebih memperhatikan Riau atas bakti yang diberikan kepada Indonesia. Indonesia perlu memperhatikan Riau, agar Indonesia dapat menjadi sebuah negara yang mengenal perbedaan untuk satu kesatuan, tanpa mengkebiri wilayah yang keruk kekayaan nya.
#JikaRiauMerdekalah
Dirgahayu Riau…
Dirgahayu Republik Indonesia..
Penulis. : Laksamana Hery Presiden Aliansi Masyarakat Adat Melayu (AMA) Riau,
Editor : Red