Jakarta – Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) amblas di sesi awal perdagangan Rabu (6/7/2022). Harga CPO telah terkoreksi selama tiga hari beruntun. Apa penyebabnya?
Mengacu pada data Refinitiv, pukul 08:20 WIB, harga CPO diperdagangkan di posisi MYR 4.062/ton, anjlok 2,68%. Di sepanjang pekan ini, harga CPO telah ambruk 17,15% dan drop 37,56% secara bulanan. Meskipun, masih naik 7,04% secara tahunan.
Minyak sawit berjangka Malaysia memperpanjang penurunan pada Selasa (5/7) hingga mencapai level terendah sejak September 2021, terbebani oleh kekhawatiran bahwa kuota ekspor CPO Indonesia yang lebih besar akan semakin mengurangi permintaan minyak sawit Malaysia, di tengah persediaan yang tinggi dari kedua produsen tersebut.
Kontrak acuan minyak sawit di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup ambles 4,1% menjadi MYR 4.174/ton (US$944,09/ton), padahal harga CPO juga anjlok 7,6% pada Senin (4/7). Artinya, harga CPO telah turun selama tiga hari beruntun dan belum menyicipi zona hijau di perdagangan pekan ini.
Pelaksana Tugas Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Veri Anggrijono mengatakan bahwa pemerintah Indonesia telah mengeluarkan izin untuk ekspor CPO per Senin (4/7) dengan total 2,4 juta ton di bawah skema Domestic Market Obligation (DMO) untuk menurunkan persediaan CPO dalam negeri.
Tidak hanya itu, pada Sabtu (2/7), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan bahwa pemerintah Indonesia akan mengizinkan perusahaan yang telah menjual minyak sawit di dalam negeri untuk mengekspor tujuh kali lipat jumlah penjualan domestik mereka dimulai dari 1 Juli.
CPO Indonesia yang telah membanjiri pasar minyak nabati dunia, telah meningkatkan kecemasan para pedagang CPO Malaysia karena permintaan mungkin akan beralih ke Indonesia.
“Pada Juni, kami dapat melihat permintaan sangat melambat, pesanan baru kemungkinan besar akan masuk ke Indonesia, sehingga semakin menurunkan harga kami.” tutur seorang pedagang berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia yang dikutip dari Reuters.
Sebuah survei Reuters juga menunjukkan bahwa persediaan CPO Malaysia pada akhir Juni diprediksikan akan naik ke level tertinggi selama tujuh bulan karena ekspor yang lambat ke India dan Uni Eropa.
Selain itu, minyak saingan yang diperdagangkan lebih rendah juga menambah katalis negatif, di mana harga minyak kedelai anjlok lebih dari 5% pada Selasa (5/7). Minyak sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.
Menurut Kepala Pialang Penelitian Minyak Nabati Sunvin Group Mumbai Anilkumar Bagani bahwa kebijakan Indonesia telah mendorong harga minyak sawit Malaysia berjangka turun tajam, di mana kehilangan lebih dari 11% sejak Indonesia mengumumkan rencana untuk ekspor yang lebih besar pada akhir pekan lalu.
Pasalnya, harga CPO telah anjlok 22% selama bulan Juni yang merupakan penurunan terbesar secara bulanan sejak Oktober 2008.
Wang Tao, analis Reuters, memperkirakan harga CPO hari ini akan menguji titik support di MYR 3.900/ton, penembusan di bawahnya dapat membuka jalan menuju kisaran MYR 3.592-3.782/ton.
Dia juga menambahkan bahwa penurunan besar di pasar biji-bijian di Amerika Serikat (AS) semalam telah memberikan dampak yang kuat pada harga minyak sawit hari ini. Tidak heran, jika harga minyak sawit dibuka anjlok tajam.
Sumber : CNBC Indonesia
Redaksi