Pekanbaru, Kompas 1 Net – Polemik dan penolakan HGU PT.TUM terus bergulir dari masyarakat Pulau Mendol Pelalawan. Rencana, besok (senin pagi, 17/10) akan ada aksi demo besar besaran di Kanwil ATR/BPN Riau.
Menyikapi itu, pakar lingkungan hidup Dr.Elviriadi melalui media ini Ahad malam (16/10) menyampaikan pandangan.
Ya, saya kira penolakan masyarakat itu beralasan. Disanakan gambut, jadi hanya cocok untuk tanaman adaptif yang sudah ditanam masyarakat. Rata rata Riau ini gambut, jadi sebenarnya gak ada dasar jika ada perusahaan monokuktur dinegeri ini, ” ujarnya.
Kepala Departemen Perubahan Iklim Majelis Nasional KAHMI itu menyayangkan daratan Riau jatuh ke tangan konglomerat.
“Sungguh diluar nalar sehat, jika jutaan hutan Riau ini di ratakan dengan tanah lalu di tanami sawit dan akasia.
Itu tak masuk logika manapun. Baik konsep pembangunan berkelanjutan, emisi karbon, cagar cagar-an, taman nasional nasional-an, dan teori tipu tipu kaum mata duitan lainnya. Yang dikasi konglomerat pulak. Ajap ajap, ” imbuhnya.
Elviriadi menilai rimba belantara Pulau Mendol harus dilestarikan.
“Nanti, bila tuntutan masyarakat Mendol tu berhasil dan HGU PT.TUM tu kandas. Maka usul saya jadikan hutan adat. Kalau diolah juga atas nama apa pun, sawah sawah di sana akan mengering. Kelape condong, betik tumbang ke air, kalau tecekik bawak minum air, ” sindir putra Selatpanjang.
Aaaçh payaaah. Orang kenen ke semue nak jadi duit. Otak tak ade lain. Sampai kemarin waktu saye ke sane, Tungau pun tak dapat hinggap lagi di “anu” budak. Bahkan temakol pun lari manjat kelape tekejot hutan tumbang bedentom. Kepunan Telouw Tungau Temakol-laaaaaah, ” pungkas peneliti tungau sawah yang rela gundul permanen demi hutan Mendol.***
Rls editor Zurfami