Cerbung : Memilih Bahagia Part : 2

Sesampainya di depan rumah calon mertuaku aku ingin mengetuk pintu dengan perasaan yang berdebar debar, ketika aku mau mengetuk pintu dg rasa yg bercampur aduk aku mendengar ada suara kegaduhan di rumah kekasihku itu.

Rupanya kekasihku yang bernama Sari sedang adu argumen dengan bapaknya sambil menangis, sementara ibunya hanya bisa sesekali menimpali pertengkaran mereka.

“Aku tidak sudi kalau kamu menikah dengan Sam, aku ingin mencarikan kau jodoh seorang Pegawai Negeri, supaya kau hidup aman dan sejahtera nantinya” kata ayah Sari.

“Ayah, hidup berumah tangga itu harus dilandasi dengan cinta, rezeki itu bisa dicari kalau kita mau berusaha” kata Sari dalam isak tangisnya.

“Biarkan Sari memilih jodoh yang tepat bang, sesuai dengan keinginannya, anak kita sudah sangat dewasa, dia udah tamat SMA, tentu dia bisa berfikir dengan baik untuk masa depannya” pungkas Ibu Sari.

” Aku tidak peduli, besok aku titipkan kamu dengan Pamanmu yang tinggal di Ibukota, kamu akan aku sekolahkan disana demi masa depanmu yang lebih baik” hardik Ayah Sari.

Kemudian Sari menangis semakin terisak isak dan memeluk Ibunya ” Aku tidak mau Ibu” katanya.

Betapa hancurnya hatiku mendengar kejadian itu, harapan ku untuk hidup bahagia dengan Sari pupuslah sudah, bapaknya tidak menyukai aku. Mau rasanya aku membuang mahar yang kubawa kedalam semak semak, tapi kawan kawanku yang ikut dalam acara peminangan itu membujukku supaya bersikap bijaksana, akhirnya aku bisa mengurungkan niatku, walaupun dalam hati rasanya seperti mau terbakar.

“Sudahlah Sam, jodoh, maut, rezeki itu di tangan Tuhan” kata temanku.

“Kalau kalian memang berjodoh pasti tetap akan ketemu, tidak seorangpun bisa menghalangi, walaupun bapaknya Sari” kata temanku yang lain.

Aku hanya bisa diam dan membisu dalam perjalanan pulang dari Desa tempat Sari berada, jarak Desa kami lebih kurang 15 km.

Seusainya sampai di rumah, di desaku yg bernama Desa Genjer, aku hanya sendirian di rumah, temanku langsung pulang kerumah masing masing, karena kebetulan hari sudah larut malam dan besok paginya mereka udah harus bekerja, sementara orang tua, kakak dan adikku udah pindah di Desa Mempelam, lebih kurang 20 km dari tempat tinggalku yang sekarang Desa Genjer .

Aku tidak tau mengapa nama Desa d daerahku banyak sekali nama Tumbuhan, penamaan itu berasal dari orang tua tua dulu, ntah apa pertimbangan mereka aku tidak tahu.

Hari sudah larut malam, tapi mataku tidak mau tertidur, gelisah, dan akhirnya ku buatkan segelas kopi, waah…ini bisa memperpanjang aku begadang.

Karena mataku belum juga tertidur, ku ambil Gitar Kapok yang tergantung di kamarku, mulai ku petik dengan nada klasik, mulai dari C, G, dan F,…lama ku petik Melodi Intronya, akhirnya ku keluarkan suara Ahmad Jais ku, “Kemana perginya hati….Kemana hilangnya rasa, Engkaukan menghilang diri sayang, untuk insan yang kau puja”, Aku nyanyikan penuh dengan feeling, sambil meneteskan air mata, aku yakin, Nia Daniaty yang sering bawa lagu cengeng sekalipun, kalau dia mendengarkan aku menyanyi, pasti akan mengeluarkan air mata, begitulah feel yang kudapatkan dalam bernyanyi.

Bersambung.

Writed By Sayfrul: Tulisan ini kado terindah untuk teman teman seperjuangan di SMA 

 

Pos terkait