Jakarta, Kompas 1 Net-Rapat Kerja Nasional (Rakernas ) dan Musyawarah Organisasi Nasional Luar Biasa (Musornaslub) KONI tahun 2022, secara resmi dibuka Menpora Zainudin Amali.
Dalam acara yang berlangsung di Hotel Sultan, Senayan,Jakarta, Senin,12/9/2022 ini, Menpora mengingatkan kembali bahwa Pekan Olahraga Nasional (PON) akan diselenggarakan dua tahun lagi dan untuk pertama kalinya akan diselenggarakan di dua provinsi, yaitu Aceh dan Sumatera Utara.
“Ini pengalaman pertama bagi kita melaksanakan multievent nasional di dua provinsi. Tentu tak akan mudah,” kata Amali.
Seterusnya, di Rakernas dan Musornaslub KONI yang bertema “Bersatu Menuju Prestasi Global’ Kata Menpora lagi,”PON itu empat tahun sekali, saya harap ada peningkatan dari sisi prestasi maupun pelayanan tuan rumah. Untuk itu, persiapan tuan rumah jadi penting dan khusus untuk Aceh dan Sumut yang sudah ditetapkan, saya imbau untuk melaksanakan dengan sarana dan prasarana yang ada,” ujarnya.
“Demikian untuk tuan rumah PON 2028, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Kami senang jika ada daerah yang mengajukan diri menjadi tuan rumah. Tapi menjadi tuan rumah tak hanya kemauan saja, perlu juga kemampuan daerah, dan yang paling penting adalah pembinaan,” Katanya menjelaskan.
Masih menurut Menpora, Pembinaan penting diutamakan, sering kali daerah dalam mewujudkan ambisi sebagai juara umum melakukan hal-hal yang tidak sehat.
“Kita kan sudah punya target besar, yakni tingkat global. Maka pembinaan itu sangat mutlak. Tidak akan kita mendapat prestasi jika tidak membina. Nah, ada kecendrungan pada PON sebelumnya, terutama yang menjadi tuan rumah berambisi menang mendapatkan medali sebanyak- banyaknya.
Saya kira jika itu dihasilkan dari pembinaan, kami tidak ada masalah. Tapi kalau itu dihasilkan dengan cara mengambil atlet yang sudah dibina daerah lain, dan akhirnya untuk kepentingan jangka pendek, meraih medali sebanyak-banyak itu tidak fair dan tidak sehat untuk pembinaan kita,” Zainudin Amali menegaskan.
Jadi kalau mau banyak medalinya, ya harus membina. Makanya saya pesan ini jauh hari. Ini masih ada dua tahun, saya titip kepada Ketuam KONI Pusat untuk memperketat itu. Mungkin masih ada tapi tidak sesemarak sebelum-sebelumnya.
Atlet yang dibina berapa, itu yang ditargetkan, tak perlu berambisi. Jadi daerah harus membina, karena pembinaan daerah akan berdampak secara keseluruhan. Saya kira pembinaan kita harus dilakukan secara struktur, berkelanjutan, dan jangka panjang.”Pungkasnya
Sementara itu dalam kesempatan yang sama Ketua Umum KONI Pusat Marciano Norman mengatakan aturan mutasi atlet itu harusnya dilakukan dua tahun sebelum pelaksanaan PON.
“Jadi dua tahun sebelum pelaksanaan PON, si atlet harus sudah pasti membela daerah mana,” kata Marciano melengkapi.
“Tetapi sesuai dengan anjuran dan penekanan Bapak Menpora tadi, kita berupaya, mari kita lihat hasil pembinaan dari KONI-KONI Provinsi itu terhadap atletnya. Jangan setiap daerah secara instan mengambil atlet dari mereka yang sudah membina dengan kerja keras hanya untuk sekadar menambah medalinya, apalagi menjadi juara umum,” katanya menjelaskan.
Marciano mengajak, Agar tidak dengan tema bersatu menuju prestasi global yang merupakan jabaran dari bersama mencetak juara, dan itu implementasi dari DBON yang dikeluarkan oleh Menteri sebagai kebijakan pemerintah.
“Kami ajak semua untuk mencetak juara dari bawah, jangan cuma di atas lalu diambil. Kita tak akan pernah maju. Peringkat Indonesia di Olimpiade tak akan bisa memenuhi harapan DBON, di mana 2032 harus peringkat ke-10 dan 2044 kita harus di peringkat kelima, kalau kita masih comot sana sini atletnya. Bina atlet itu sesuai keunggulan sesuai daerah masing-masing,” tegasnya.
Kompas1.Net /Nur Tanjung melaporkan.