Larantuka, Kompas 1 net – Proses Paket Lelang rabat jalan yang menghubungkan 3 Desa Latonliwo 1, Latonliwo 2 dan Basira Kecamatan Tanjung Kab. Flotim sepanjang 6 KM dengan anggaran Rp.11 M terkesan tidak prosedural.
Sebut “AMO” Akui kalau ada pertemuan Asisten Dua Adrianus Lamabelawa dengan salah satu Forkompinda di Kabupaten Flores Timur beberapa hari lalu yang mengarahkan kepada pimpinan Forkompinda tersebut untuk menangkan Paket nomer empat CV Valentin
Karena menurut dirinya CV Valentin yang memenuhi syarat walaupun melakukan penawaran paling tertinggi bahkan diduga by past tanpa proses prosedural,”Tegas Amo.
Amo juga mengatakan Asisten dua Adi lamabelawa juga mengarahkan Pimpinan Forkompinda tersebut “Jangan sampai pak bupati tau e, Karena saya lakukan ini pak Bupati tidak tau sama sekali” demikian AMO menirukan Ucapan Asisten Dua Adrianus Lamabelawa kepada Pimpinan Forkompinda tersebut.
Sementara itu Adrianus Lamabelawa asisten dua Flotim saat di hubungi Media Sabtu 14 Juni 2025 belum merespon terhadap sejumlah pertanyaan. Tak hanya itu AMO juga meminta agar Proses pengumuman hasil Lelang harus segera di tunda sampai pada pembuktian secara transparan. Apalagi dalam masa kampanye Anton Doni -Ignas Boli selalu mengatakan “Setan transparansi” Jangan cuma Omong doang.
Buktikan setan Tranparansi itu yang bagaimana? Bukan bagi proyek Tanpa Proses bahkan pemenang Paket Lelang sudah ada tanpa di ketahui publik? Protes AMO dengan nada kesal. Kalau begini Flores Timur akan lebih hancur kalau pak Bupati Anton Doni tidak turun dan Evaluasi besar-besaran
Apalagi semua situasi yang terjadi di kuasai oleh paket Pengusung yakni Nasdem. Ini akan berdampak hukum kalau tanpa proses, APH bisa segera masuk untuk telisik lebih jauh paket perkejaan yang non prosedur kok di paksakan ada apa ini,”Tandas AMO.
Pak Bupati harus putus mata rantai Partai Nasdem agar Bapak bisa bekerja lebih Fokus untuk membangun Flores Timur ke depan,”Tandas AMO.
Perlu di ketahui, adapun indikasinya, 1. Pemenang Lelang sudah ditentukan bahkan sebelum proses Lelang dimulai. 2. Proses Lelang hanya digunakan untuk mengelabui publik dan para penyedia jasa lainnya. Hal ini bisa di kutip dari pernyataan Asisten Dua Adrianus Lamabelawa beberapa hari lalu kepada salah satu Pemburu berita. Arahan dari Asisten dua lebih tertuju pada salah penyedia yang sudah di siapkan sebelumnya.
3. Asisten dua meragukan penyedia jasa lainnya sebelum tahap pembuktian dan 4. Adanya informasi yang di kumpulkan awak media yang beredar bahwa yang mendapatkan undangan pembuktian hanya penyedia jasa yang sudah ditentukan. sedangkan penyedia jasa yang ditunjuk tersebut berada di peringkat 4 dalam proses lelang.
Sementara itu Pokja diminta Tranparansi Dalam Pelelangan Paket Pekerjaan Proyek Perdana Paket Bupati ADIBU,”Urai PL salah satu tim pemenang Paket Pilkada Flores Timur ADIBU, Ia juga bahkan mengatakan coba TEBAK siapa Pemenang dari paket Proyek tersebut,”Tandasnya.
Pantauan Awak media,-Sejumlah Paket Pekerjaan telah diluncurkan. PAKET pekerjaan perdana dalam kepemimpinan ADDIBU baru saja diluncurkan. Proyek infrastruktur jalan di Tanjung Bunga sepanjang lebih kurang 6 kilometer ini menghabiskan dana menembus angka Rp11 miliar berupa pekerjaan rabat beton. Dari 18 peminat, hanya empat peserta yang mengajukan dokumen penawaran, yaitu;
1) CV Keynward Rp9.753.400.000,
2) CV Cahaya Melatih Rp9.878.000.000,
3) CV Rokatenda Rp10.423.212.499,06, dan
4) CV Valentin Rp10.921.163.307,97.
Angka-angkanya sangat variatif dan menarik untuk dicermati dalam konteks kekinian (efisiensi dan efektivitas anggaran).
ADDIBU selama kampanye berjanji untuk tidak melakukan kesalahan fatal yang berakibat ada yang “masuk bui” kecuali memang ingin masuk sendiri. Komitmen tinggi seperti ini mendorong tim Rel-ADDIBU,”Beber PL lagi.
Lanjutnya menyerap informasi publik melalui media sosial maupun diskusi langsung. Antara lain bahwa ADDIBU sendiri tidak memberikan “tekanan” dalam bentuk apa pun kepada Pokja PBJ. Kabarnya Plt Kabag PBJ pun melakukan hal yang sama. Artinya, secara normatif, komitmen tersebut masih terjaga dan nyata ada. Walau begitu, dari angka-angka penawaran di atas, banyak pelaku ekonomi mencurigai adanya semacam konspirasi, apalagi jika dikaitkan dengan isu soal jatah-jatahan yang beredar di medsos beberapa waktu lalu??
Zero Risk. Kalimat singkat ini merupakan awasan yang perlu pahami bersama, khususnya bagi ASN yang berperan dalam ruang sensitif – Pokja PBJ. Karena pengalaman adalah guru yang bijak. Oleh karena itu, informasi apa pun harus dicerna dengan baik untuk menghasilkan keputusan yang – Nol Risiko.
Selain itu, di tengah arus efisiensi yang deras dari Jakarta, yang berimbas juga ke Flotim yang “terpencil” ini, maka selain konsep zero risk, efisiensi, dan efektivitas pemanfaatan anggaran di daerah kita yang “miskin” ini, maka kombinasi antara ketiga konsep itu harusnya menjadi alternatif untuk percepatan pembangunan.
Dari berbagai tukar pikiran yang terjadi, sejauh ini memang harapan adanya alur – satu komando – untuk tegak lurus pada komitmen, masih minim dan terkesan bias. Di satu sisi, olah gerak yang sangat kasat mata para oknum terus berbuat seolah-olah penentu.
Ini untuk memanfaatkan “kelemahan” figur utama yang TIDAK “terjun”. Kondisi itu timbulkan semacam komando yang bias untuk saling tampilkan power. Ataukah, bisa jadi masih ada pesan yang butuh ditafsir ulang yang justru bermakna standar ganda?
Intinya, jika kemarin ada riak-riak dalam proses pengerjaan sumur bor yang gaduh di Solor itu, atau kisruh soal anggaran Rp1,2 M untuk belanja videotron dan soundsystem – yang ternyata bukan sembako jenis baru (sehingga tidak mendesak untuk segera dibelanjakan menggunakan anggaran mendahului perubahan), maka seharusnya pada tahapan awal tender perdana ini, para pihak seperti partai maupun timsus sebaiknya menahan diri untuk tidak melakukan manuver yang menimbulkan risiko.
Meskipun sekali lagi, dari sebaran angka-angka penawaran di atas, terus terang sangat spekulatif dan layak dicerna, seolah-olah paket pekerjaan dari Dinas Pekerjaan Umum ini telah diatur pemenangnya?
Analisis apa pun pasti akan menyimpulkan sesuatu yang pro/kontra, dan dalam tahap diskusi ini, sangat diharapkan konsep – zero risk – efisiensi – efektivitas – hendaknya menjadi satu kesepahaman untuk menghindari riak-riak berujung pada kisruh sebagaimana sumur bor di Solor itu, kecuali memang ada yang telah dirancang dengan sadar sebagai “OKNUM” Ayo.. kira-kira 1 – 2 – 3 atau 4????
Demikian yang di sampaikan oleh salah satu tim pemenang Paket Pilkada ADIBU.
(*Rita Senak,SE)