_Zurfami_ : Ingat Masa Kecil Bersama Omak dan Abah, Baru Sekarang Saya Mengerti

Sama seperti pembaca, penulis melampaui masa kecil. Yang gamblang bila diingat kembali adalah setelah memulai duduk di bangku sekolah dasar tahun 1978. Kalau sebelumnya agak samar-samar dan sebagian dari cerita Almh Omak dan Alm Abah ( Omak dan Abah adalah panggilan kepada Ibu dan Ayah).

Omak dan Abah memelihara, membesarkan dan memberikan makan penulis yang merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara, dengan bekerja ke hutan. Mulai dari menoreh pohon karet, menanam padi dan sayur mayur, mencari rotan dan mencari ikan. Tak hanya itu, termasuk menjerat rusa, kijang, kancil dan binatang hutan yang halal di makan atau dijual lainnya.

Bacaan Lainnya

Sedangkan untuk rumah tempat tinggal, terbuat dari kayu bulat bertiang yang didindingi kulit kayu Meranti dan bertatap daun Rumbia yang terletak di hilir Desa, kalau dahulu disebut kampung dan kalau sekarang disebut Kelurahan Banjar XII Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau.

Bagi yang punya rumah terbuat dari atap seng, dinding papan dan jendela kaca semasa itu bukanlah orang sembarangan, dia pasti saudagar kaya yang sudah sering keluar kampung seperti ke kota Pekanbaru dan Medan dengan menempuh transportasi yang sulit. Dan itupun bisa dihitung dengan jari orangnya.

Kembali ke kisah masa kecil penulis, hidup dengan mencari kehidupan kehutan omak dan Abah, hari – hari penulis banyak menikmati hasil tanaman dari ladang dan buah-buahan hutan yang dibawa omak dan Abah pulang dari ladang atau hutan. Untuk bisa memakan makanan dan minuman yang berasal dari kota seperti supermi, kueh mueh, susu dan produk lainnya yang ada pada waktu itu sangat terbatas.

Bisa didapatkan kalau pada hari Senin saat omak dan Abah menjual getah karet dan lainnya ke Sedinginan ibukota Kecamatan Tanah Putih yang berjarak lebih kurang 7 Km dan ditempuh dengan jalan kaki atau naik sepeda. Atau hanya sepengetahuan penulis pada waktu itu sangat sulit mendapatkan berbagai makanan dan minuman dari kota tadi.

Saat memakannya, tak jarang penulis dengan saudara yang 3 orang lagi berebut dan bahkan berkelahi. Maklum saja selera penulis di masa anak-anak ditambah dengan makanan dan minuman yang masih langka di dapat tentunya berbeda dengan sekarang.

Bagian Omak dan Abah selalu menjadi sasaran antara kami adik beradik. Disaat makanan dan minuman untuk Omak dan Abah sudah habis kami makan atau kedapatan kami menginginkan makanan itu lebih banyak lagi, Omak dan Abah selalu memberikan bagian untuk mereka. Tak jarang mengatakan mereka tidak suka atau sudah kenyang.

Dikatakan seperti itu, penulis percaya saja meskipun heran mengapa Omak dan Abah selalu tidak suka atau sudah kenyang ?.

Padahal sebenarnya jauh dari kata kata itu, yang benar adalah Omak dan Abah ingin melihat anak anaknya puas memakan dan meminum makanan kesukaan anak-anaknya. Dengan itu Omak dan Abah bahagia, Kenyangnya bukan karena makan dan minum tapi melihat anak-anaknya kenyang. meskipun rela menahan makan dan minumnya. Sekarang baru penulis mengerti.

 

Rokan Hilir, Ahad. 25/9/ 2022.

Penulis adalah Editor Kompas 1 Net.

Pos terkait