Membaca artikel Saudara Dr Elviriadi menggelitik hasrat intelektual saya. Saya sebagai kolega Dr Elv -begitu saya biasa memanggil beliau – juga kenal dengan Bang Chaidir. Selain mendengar cerita dari Dr Elv, mengikuti sedikit sedikit peran Chaidir di pentas Riau, bahkan saya pernah berkunjung ke rumahnya di Perumahan Pandau untuk sebuah diskusi.
Tulisan Dr Elv tentang Chaidir ini, menunjukkan sebuah perhubungan yang mendalam antara keduanya. Dalam masa tidak kurang dari 28 tahun sejak 98 hingga 2001 Elviriadi mulai berguru politik dan leadership dengan Bang Chaidir. Tersirat dalam tulisan tersebut, sosok Chaidir yang santun beralas resam budaya melayu menjadikan beliau sebagai pemimpin yg moderat ramah dan empathi. Model pemimpin yang dirindukan rakyat yang langka di dapat hari ini.
Nampaknya sosok Chaidir yang lintas generasi ini, telah memberi warna kanvas kepribadian Pi ada diri Elviriadi dalam menapaki ketokohan; selain pribadi Tabrani Rab menurunkan karakter Sartre eksistensialime Barat. Disisi lain Drh. Chaidir merecupkan karakter lembut dan moderat platois Milan Kundera dan Cicero.
Lengkap sudah perguruan ketokohan dan kerja kesejarahan bagi Dr Elviriadi yg mesti di lanjutkan sesuai pesan buku mereka bertiga (bersama Edi Saputra Rab): buku berjudul
GELIAT ORANG-ORANG RIAU
Demokrasi Versi Tiga Kursi Perubahan.
Membaca Arus perubahan kepemimpinan berhadapan dengan pusat, siasat Drh. chaidir yang agak lentur perlu dijaga tapi tetap dalam ketegasan dan ketajaman taktis dan strategi jitu Hang Jebat.
Laungan suara keras perlawanan tanpa siasat yg cerdas santun dan lembut cepat kena jerat. Maka paduan dua karakter tokoh Tabrani Rab dengan Bang Chaidir dua warna spektrum juang yg mesti dipoles dan diperkasa dalam strategi juang Elviriadi ke depan.
Terutama dalam mengayuh bakhtera perjuangan Riau menuju negeri Istimewa Riau yg berdaulat, bertuah dan bermarwah sehingga sumber daya alam negeri tetap dapat disauk dan dinikmati anak jati negeri.
Jangan sampai menjadi penumpang di negeri sendiri, alam kandas rusak binase, hutan belantara lesap dan punah, redang dan gambut kering kerontang, minyak gas dan bumi tinggal lumbung dan tanggul.
Lelama temakol loncat hinggap di dahan, burung dan landak mati perlahan. Negeri habis dirampas orang bandit berdasi berlagak investasi.. Ajap lah kite Ataaann…🌿🌿🙏
M. Sangap Siregar, S.Pd. MA. Adalah Dosen Universitas Hang Tuah Pekanbaru Riau, Alumni Magister Psikologi Konseling University Kebangsaan Malaysia, 2004.
